CILAMAYA – Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Saluyu yang merupakan kelompok binaan PT Pertamina Gas (Pertagas) bersiap memasuki musim tanam baru. Melihat hasil panen yang memuaskan pada Juni lalu, kelompok tersebut semakin aktif mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Kali ini, kelompok yang beranggotakan petani ini memproduksi 16 ton pupuk organik untuk sawah mereka.
Melibatkan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, perwakilan anggota kelompok tani mengikuti pelatihan dan praktek pembuatan pupuk organik. “Karena luasan lahan bertambah dari 7 hektar ke 14 hektar, makanya kami perlu meningkatkan tambahan produksi pupuk organik,” ujar Aep, Ketua Gapoktan Saluyu, pada Senin, 13 Juli 2020.
Menurutnya penggunaan pupuk organik di area lahan sawah kelompoknya terbilang cukup efektif. Bahkan, dibandingkan gapoktan lain yang menggunakan 100 persen pupuk kimia, hasil panen kelompoknya justru lebih baik. “Hasil ini sudah diakui oleh banyak petani lain,” jelasnya.
Ke depan, hasil produksi pupuk organik tersebut diharapkan mampu dimanfaatkan oleh kelompok lainnya. Lebih dari itu, anggota petani lain dapat mengiktui pola pertanian ramah lingkungan.
“Mudah-mudahan pola tersebut semakin diterima dan kami bisa mengatasi bersama masalah lahan yang sudah banyak tercemar bahan kimia,” harapnya.
Produksi pupuk organik tersebut memanfaatkan bahan-bahan alami yang mudah didapat oleh para petani. Selain menggunakan kotoran ternak, bahan baku utama pupuk organik itu memanfaatkan batang pohon pisang yang dicacah. “Sebanyak 14 petani membuat empat klaster untuk proses fermentasi pupuk,” ujar Ajur Tajrudin, Petugas Penyuluh Lapangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang.
Ajur menambahkan, dalam waktu satu sampai dua minggu setelah pelatihan hasilnya akan bisa dimanfaatkan.
Pelatihan produksi pupuk organik tersebut merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Gas, afiliasi PT Pertamina (Persero) dan PT PGN Tbk bertajuk Saung Patra di Cilamaya.
Implementasi program yang sudah berjalan tiga tahun itu menjadi bagian dari upaya Pertagas untuk ikut membantu kelompok masyarakat menjadi berdaya.
“Berangkat dari ironi adanya rawan pangan di wilayah yang merupakan penghasil padi di Cilamaya, kami mencoba dampingi mereka untuk mencari solusi bersama,” ujar Manager Communication Relations CSR Pertagas Zainal Abidin. *Pertagas/HM