JAKARTA – Inovasi energi dinilai dapat menjadi salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi panel yang diadakan pada acara Pertamina Energi Forum (PEF) 2018, pada Rabu (28/11/2018).
Dalam kesempatan ini, Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sri Widodo menyampaikan, untuk memaksimalkan implementasi B20 sesuai amanat pemerintah, pihaknya akan mengembangkan proyek green energy di Dumai dan Plaju.
"Kesiapan Terminal BBM (TBBM) Pertamina untuk distribusi B20 telah mencapai 100%. Dengan 112 TBBM, potensi penyaluran sampai akhir desember 2018 berkisar 3,5 juta ton," ujar Gandhi. Ia menuturkan, untuk proses simplikasi pada tahun 2019, Pertamina saat ini sedang menawarkan mengubah pola suplai dengan 24 titik blending.
“Dengan demikian, diharapkan penugasan bisa dilakukan lebih maksimum,” jelasnya. Sementara itu SVP Integrated Supply Chain Pertamina Hasto Wibowo memaparkan tentang Green Energy Station (GES) yang saat ini digagas Pertamina.
“Teknologi GES ditujukan untuk mendukung komitmen pemerintah RI pada Conference of the Parties 21th (COP21) di Paris dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta sekaligus menunjukkan kesiapan Pertamina dalam menghadapi pergeseran global dunia otomotif,” tukas Hasto.
Teknologi GES terdiri tiga konsep utama, yakni Konsep Green yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area SPBU, Konsep Future yang memiliki EV Charging Station, dan Konsep Digital dimana pembayaran di SPBU cashless dengan MyPertamina serta dilengkapi dengan self-service.
Pertamina Green Energy Station didasari oleh pergeseran global dunia otomotif dari Internal Combustion Engine (ICE) ke Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) dan Electric Vehicles (EV), yang ditandai dengan pergantian penggunaan bahan bahan bakar jenis bensin menjadi baterai PHEV dan EV.
“Inovasi ini diprediksi akan menjadi subsitusi bagi pengisian fuel untuk kendaraan yang saat ini dijalankan oleh Pertamina,” jelasnya.
Bagi Hasto, inovasi mutlak diperlukan insan Pertamina. “Kita harus membuka wawasan dan pengalaman dari negara lain yang sudah maju, menciptakan tarif kondusif untuk mendorong industri agar semakin progresif. Kerja sama dengan semua pihak juga diperlukan agar hal ini bisa berjalan maksimal," imbuhnya.
Hal yang sama disampaikan Domenico Elefante dari Perusahaan oil dan gas Multi nasional Italia (Eni). Menurutnya, berbagai pengembangan dan inovasi yang dilakukan juga berbanding lurus dengan komitmen dunia guna menciptakan energi ramah lingkungan.
“Di tahun 2014 konsumsi biofuel di dunia mencapai 97 juta metrik ton dan di tahun 2030, konsumsi diperkirakan naik menjadi 140 juta metrik ton. Karena itu inovasi mutlak diperlukan agar hal ini terus berkelanjutan,” ujar Elefante.
Ia mengungkapkan, untuk menghadapi krisis refinery di Eropa, Eni membagi kiat strategi dengan menghadirkan green refinery. “Dengan Ecofining Technology, sejak tahun 2014 Eni telah memproduksi bahan bakar dengan komponen organik dan terbarukan sebesar 15%. Penggunaan bahan bakar ini telah menunjukkan pengurangan emisi polutan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan energi ramah lingkungan mutlak diperlukan, " pungkasnya.•RIN/ft. KUN