JAKARTA - Awali tahun 2019, PT Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai pemegang 45% Participating Interest dari Lapangan Banyu Urip sekaligus Operator Tunggal proyek strategis nasional Jambaran-Tiung Biru (JTB) kembali mengukir milestones. Lapangan Banyu Urip telah melampaui target produksi 2018 dengan rata-rata rata-rata produksi 208.8 MBOPD dan total produksi 283.97 MMBO hingga kuartal III 2018.
“Rata-rata produksi Banyu Urip naik 104% dari RKAP baik untuk produksi di angka 208.8 MBOPD dan lifting diangka 207.4 MBOPD,” ujar Jamsaton Nababan, Direktur Utama PEPC yang hadir menjadi salah satu narasumber dalam Media Workshop Hulu bertempat di Kantor Utama PT Pertamina (Persero), Jakarta 17 Januari 2019. “Prestasi ini sejalan dengan peningkatan kinerja HSSE dimana PEPC berhasil meraih 3,361,558 Jam Kerja Selamat sepanjang tahun 2018,” ungkap Jamsaton.
Dalam kesempatan tersebut, Jamsaton juga menyampaikan bahwa pada tahun buku 2018, PEPC berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 827,77 juta atau meningkat 125% dibandingkan dengan laba tahun 2017 sebesar US$ 662,2 juta.
Hal tersebut menjadi milestone terbesar bagi PEPC sehingga menjadikan PEPC sebagai penyumbang laba terbesar pertama di lingkungan Anak Perusahaan Hulu (APH) Pertamina.
"Tahun 2018, kinerja PEPC sangat bagus. Perusahaan juga mendapatkan point kesehatan AAA (unaudited), point tertinggi untuk kesehatan perusahaan. Ini semua merupakan prestasi yang dapat mendorong semangat insan PEPC untuk menjadi lebih baik lagi di tahun 2018," tutur Jamsaton.
Selain Lapangan Banyu Urip, Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh PEPC dan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) juga berjalan on track. Setelah menyelesaikan Early Civil Work 100% di tahun 2018, awal Januari 2019, PEPC lakukan pemancangan Perdana EPC Gas Processing Facilities (GPF) di Bojonegoro. Proyek EPC GPF berfungsi memproduksi gas dan kondensat dari Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 MMSCFD dan target gas onstream / komersil pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 MMSCFD. GPF yang akan dibangun menggunakan teknologi dan dirancang guna mendapatkan keandalan operasi dan ramah lingkungan untuk berproduksi selama 25 tahun
Produksi gas sebesar 192 MMSCFD tersebut nantinya akan dialirkan melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan multiplier effect , khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
”Di tahun 2019, PEPC telah menyiapkan target kinerja untuk mendukung kemandirian energi dan menyambut diversifikasi energi strategis, termasuk melalui produksi gas JTB yang ditargetkan beroperasi tahun 2021,” ujar Jamsaton.
Proyek JTB diproyeksikan akan meningkatkan pendapatan negara sebesar US $ 2,09 miliar hingga kontrak bagi hasil PSC berakhir di tahun 2035. “Kami pastikan bahwa setiap capaian akan dilakukan dengan prinsip, on time, on budget on schedule, on safety, on return dan on regulations,” tutup Jamsaton.*PEPC