DUMAI, RIAU - Berada di sekitar daerah yang didominasi oleh lahan gambut membuat PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Dumai Operasi Sungai Pakning juga memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan peran serta nilai kebermanfaatan bagi lingkungan dan masyarakat dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap terjadi di daerah tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kilang Pertamina Sungai Pakning dalam menjaga ekosistem lahan gambut yang ada di wilayah Sungai Pakning, khususnya yang berada disekitar operasi perusahaan. Salah satunya dilakukan dengan mengelola kawasan sisa lahan karhutla menjadi pertanian lahan gambut ramah lingkungan dengan mengembangkan komoditas pertanian hortikultura, tanaman obat, dan tanaman komoditas kopi liberika.
Program tersebut berhasil dirasakan oleh 1.106 orang penerima manfaat, baik secara langsung ataupun tidak langsung, dan meningkatkan perekonomian kelompok binaan program sebesar 75 persen. Peningkatan rata-rata pendapatan seluruh penerima manfaat program perbulan yakni sebesar Rp1,5 juta per orang dan omset usaha pertanian Kelompok Maju Jaya Bersama mencapai Rp336 juta per tahun.
Setelah berhasil mengelola lahan tersebut dan memberdayakan masyarakat menjadi petani, untuk memperkuat mitigasi karhutla di lahan tersebut, Kilang Sungai Pakning kini juga telah sukses menciptakan inovasi sebuah alat untuk mengukur level air gambut yang disebut dengan AKURRAT (Alat Pengukur Level Air Gambut).
Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI Unit Dumai, Agustiawan mengatakan, inovasi AKURRAT yang diciptakan oleh Perwira Kilang Sungai Pakning merupakan bentuk solusi dalam program konservasi lahan gambut yang berada di Dusun Kampung Baru, Desa Batang Duku, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis.
“Inovasi AKURRAT diciptakan oleh perwira Kilang Sungai Pakning bersama FORKOMPA (Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api) untuk memonitoring kondisi dan level air di lahan gambut,” jelasnya.
Menurut Agustiawan, alat tersebut juga merupakan bentuk dari life cycle assessment (LCA) Kilang Sungai Pakning melalui pemanfaatan limbah non bahan berbahaya dan beracun (B3) dari kegiatan operasional perusahaan.
Manager Production Kilang Sungai Pakning, R. Moh. Kun Tauchid, menjelaskan bahwa alat tersebut terbuat dari pipa air bekas dari kegiatan Kilang, meteran, dan alat pemberat. Kemudian cara kerja ini nantinya ada air yang ditampung di dalamnya.
“Ketika ada air di dalam tanah dan adanya pemberat yang dikasih pelampung, dia akan mengapung dan meteran yang terdapat di alat tersebut akan mengukur level kedalaman air gambut,” jelasnya.
Inovasi AKURRAT yang diciptakan oleh Kilang Sungai Pakning ini telah terpasang sebanyak 2 unit di lahan pertanian hortikultura dan 1 unit di lahan konservasi Arboretum Gambut Marsawa yang juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan penelitian mengenai eksosistem lahan gambut bagi masyarakat.
R. Moh. Kun Tauchid mengungkapkan, terciptanya inovasi AKURRAT tersebut juga dimaksudkan untuk mendukung rewetting atau menjaga kondisi alami lahan gambut agar tetap dalam kondisi basah sekaligus patroli di lahan gambut agar tidak tidak terjadi karhutla di lahan tersebut.
Agustiawan juga menambahkan, alat tersebut telah berhasil dipasangkan di lahan gambut pertanian hortikultura binaan Kilang Sungai Pakning pada 20 Juli 2024.
“Inovasi yang berhasil kami ciptakan ini juga menjadi bentuk kepedulian dan komitmen Kilang Sungai Pakning dalam menjaga kondisi lahan gambut terjaga dengan baik, sehingga mencegah terjadi karhutla di wilayah Dusun Kampung Baru dan sekitarnya,” tutup Agustiawan.
Selain berhasil memberdayakan dan meningkatkan taraf kesejahteraan perekonomian masyarakat yang tergabung dalam program binaan, kesuksesan program pertanian hortikultura di lahan gambut yang dikembangkan oleh Kilang Sungai Pakning juga telah menorehkan banyak prestasi. Beberapa diantaranya adalah penghargaan PROPER EMAS, dan E2S Proving League. Belum lama ini, Kilang Sungai Pakning juga berhasil menyabet penghargaan dalam ajang Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2024 dengan meraih predikat Platinum.
Di samping itu, inovasi tersebut juga menjadi upaya Kilang Sungai Pakning menerapkan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG) dan pilar pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat sekitar serta menjaga keseimbangan ekosistem lahan gambut dan dekarbonisasi yang bertujuan menekan lajunya dampak perubahan iklim.*SHR&P DUMAI