ACEH TAMIANG - Kebun Kelapa Sawit yang terhampar di Desa Paya Bedi, Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang seluas 5 hektar menjadi sumber Pelepah kelapa sawit (Oil Palm Fronds) selama ini kurang memberikan manfaat bagi petani. Batangnya yang keras dengan daun berduri, kerap dibuang setelah buah kelapa sawit telah cukup umur dan harus dipanen.
Untuk itu diperlukan teknologi pengolahan pakan dalam hal ini pengolahan secara fisik sehingga daun dan pelepah bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Pemanfaatan pelepah dan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta produktifitas ternak.
Penggunaan pakan dari pelepah kelapa sawit dinilai lebih ekonomis. Peternak tidak harus mendatangkan rumput atau memelihara rumput sebelum bisa digunakan untuk pakan. Pelepah dapat terus diperoleh saat panen buah kelapa sawit setiap harinya.
Pembina Program Kerajinan Tepas dan Pakan Ternak Desa Paya Bedi Aceh Tamiang, Muhammad Toni mengatakan bahwa kelompok ini telah menerima jasa manfaat dari PEP Field Rantau berupa Mesin pencacah dan pembuat pakan ternak sapi.
Menurut Toni, harga pakan ternak/dedak pelepah kelapa sawit ini bisa dijual dengan harga perkilonya Rp 800. Harga dedak dari pelepah kelapa sawit ini dinilai lebih ekonomis jika dibandingkan dengan dedak padi Rp2.500/kilo dan dedak jagung Rp4.000/kilo.
“Ini adalah ramah lingkungan karena sebelumnya pelepah kelapa sawit tidak berguna hanya dibakar karena setelah panen kelapa sawit sisa-sisa pelepah dibiarkan bertumpuk” ujar Toni.
Sementara itu di tempat yang sama, kelompok para ibu-ibu di Desa Paya Bedi juga turut menyalurkan bakat terampilnya dalam memanfaatkan limbah kebun milik desa itu, yakni pelepah daun kelapa sawit sebagai sumber tambahan dalam meraup rejeki.
Kelompok pengrajin tepas Karya Muda Desa Paya Bedi yang diketuai oleh Efi ini menganyam tepas (bilik), membuat atap daun nipah, membuat atap daun lalang dan membuat sangkar burung.
Diakui Efi, kehadiran Kelompok Tepas Karya Muda ini setelah adanya bantuan dana dari Pertamina EP Field Rantau Aceh Tamiang sejak Agustus 2013. Kelompok binaan Pertamina diberikan pelatihan bagaimana pembuatan pakan ternak untuk awalnya dan selanjutnya terpikirlah untuk menghasilkan karya lainnya, yaitu tepas.
Bantuan dari Pertamina bukanlah berbentuk Rupiah melainkan dalam bentuk kemandirian yaitu pemberian mesin dan pelatihan. “Selanjutnya kita akan dilatih kembali oleh Pertamina untuk kerajinan lainnya seperti pembuatan tapisan, pot bunga dan alas piring jadi semua bahan dari kelapa sawit bisa dimanfaatkan,” jelas Efi.
Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan oleh Pertamina, kaum perempuan di desa tersebut telah mampu mengolah limbah pelepah sawit untuk dimanfaatkan menjadi bahan yang berguna sebagai industri kreatif.
Begitupun dengan kaum laki-laki yang telah mahir mengolah pelepah sawit menjadi pakan alternatif bagi ternak yang menyehatkan bagi ternak jika dibandingkan dengan pakan ternak lainnya. Terlebih lagi ini upaya kemandirian masyarakat desa turut mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka dari hasil pelepah sawit yang berdayaguna.•IRLI