PALEMBANG, SUMATRA SELATAN - Indonesia termasuk salah satu negara megabiodiversitas di dunia, yaitu negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati (kehati) yang tinggi. Salah satunya terdapat di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) yang memiliki tingkat kehati yang tinggi, namun memiliki tingkat ancaman yang harus dihadapi. Karena itu, diperlukan strategi untuk mendukung proses alam esensial yang bergantung pada keanekaragaman hayati, khususnya peningkatan pengembangan program Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Salah satu komunitas yang peduli terhadap pengembangan program HHBK adalah Kelompok Pemuda Pemudi Cinta Lingkungan (Kemudi). Mereka memiliki program Nursery Puyu, yaitu program konservasi tanaman endemik langka dan pelestarian HHBK.
Sebagai bentuk dukungan terhadap upaya yang dilakukan Kemudi, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui Aviation Fuel Terminal Sultan Mahmud Badaruddin II (AFT SMB II) bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel meningkatkan kapasitas anak-anak muda tersebut dengan memberikan pelatihan pengolahan kopi. Selain itu, Pertamina menginisiasi pendirian Kembali Hutan Cafe yang akan dikelola oleh Kemudi.
Kepala Seksi Perbenihan dan Penghijauan Dinas Provinsi Sumsel, Etika Gustin mengatakan, pelatihan ini memberikan inovasi kepada Kelompok Kemudi untuk memperluas jangkauan pasar kopi mereka melalui “Kembali Hutan Cafe" dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap penghijauan dan keberlanjutan.
“Program ini dijalankan oleh Kemudi melalui penanaman pohon endemik langka dan pemanfaatan HHBK, di antaranya pengolahan biji kopi, pembuatan kafe kopi, dan budi daya madu klanceng,” katanya.
Pelatihan pengolahan kopi mengundang narasumber pemilik usaha Putra Abadi Coffee, Wenny Bastian. Putra Abadi Coffee adalah salah satu UMK Binaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina Sumbagsel yang sukses menjalankan usaha kopinya, dengan bermodalkan Rp50.000 mampu menghasilkan omset minimal Rp100 juta setiap bulannya.
“Kunci sukses dalam mengelola kopi adalah dari cara pengolahannya, cara roasting kopi, jenis atau rasa dari kopi tersebut, dan sistem manajemen pengelolaan yang baik dari kelompok tersebut sehingga usaha kopi tetap berjalan diantara banyaknya usaha kopi lainnya,” ujar Wenny Bastian.
Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan berharap, pengelolaan keanekaragaman hayati melalui “Kembali Hutan Cafe” yang diusung Pertamina AFT SMB II dapat menemukan keseimbangan optimal antara konservasi keanekaragaman hayati dengan kehidupan manusia yang berkelanjutan.
“Melalui program ini, kami berharap dapat mendukung pelestarian keanekaragaman hayati khususnya HHBK dalam bentuk produk kopi sehingga dapat memberikan pekerjaan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok rentan sesuai dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ke-8 dan 18 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta eksositem daratan,” tutupnya.
Senada, Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan, Pertamina Patra Niaga mengatakan, integrasi nilai-nilai ESG dalam operasional perusahaan tidak hanya penting untuk keberlanjutan bisnis tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
“Dengan berbagai inisiatif, Pertamina Patra Niaga berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta mempercepat pencapaian tujuan SDGs. Kami berkomitmen untuk membangun fondasi yang kuat demi keberlanjutan sosial dan ekonomi di masa depan,” tutur Heppy.*SHC&T SUMBAGSEL