Kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Mina Tenun, di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat binaan PT Pertamina Patra Niaga memanfaatkan sampah plastik kresek sebagai bahan baku membuat berbagai jenis produk tenun yang bernilai ekonomi dan bisa menarik minat wisatawan asing untuk membeli.
Kelompok tersebut berinisiatif memanfaatkan sampah plastik kresek dan plastik bekas kemasan tempe sebagai bahan baku karena ketersediaannya yang melimpah dan terbuang percuma. Plastik tersebut dicampur dengan benang sehingga menjadi produk tenun dengan perbandingan 80 persen plastik dan 20 persen benang.
"Saya temukan banyak potensi di sini, kondisi sampah plastik kresek terbuang itu 80 persen kondisinya bersih, tapi karena dibuang akhirnya bercampur dengan sampah yang lain akhirnya jadi kotor," kata Ketua Kelompok Mina Tenun, Desa Sukarara, Kabupaten Lombok Tengah, Ani Apriani.
Ia mengatakan uji coba menenun dengan bahan baku sampah plastik kresek dimulai sejak 2022. Namun, produksi dalam jumlah relatif banyak dimulai sebelum bulan puasa Ramadhan tahun 2023.
Jumlah anggota Kelompok Mina Tenun yang terlibat dalam proses produksi sebanyak 10 orang. Semuanya adalah ibu-ibu dan anak remaja yang baru tamat SMA. Ada juga keterlibatan beberapa orang bapak-bapak dalam hal memintal sampah plastik kresek.
Dalam hal penyediaan bahan baku, kata Aini, pihaknya bekerja sama dengan Bank Sampah NTB Mandiri yang dikelola oleh Aisyah. Lembaga itu yang mengajak masyarakat untuk menabung sampah plastik kresek melalui drop boks yang disediakan.
"Kami menerima pasokan bahan baku sampah plastik kresek kering yang sudah dalam keadaan bersih sebanyak 10-20 kilogram per bulan," ujarnya.
Ia menyebutkan jenis produk tenun yang dihasilkan dari sampah plastik kresek berupa taplak meja, dompet dan sarung bantal. Produk tersebut dijual mulai dari harga Rp150 ribu hingga Rp175 ribu per buah.
Produk yang sudah jadi dipasarkan di galeri Bank Sampah NTB Mandiri di Kota Mataram. Kelompok memperoleh keuntungan 30-40 persen dari nilai jual masing-masing produk.
Menurut Aini, konsumen yang berminat terhadap tenun dari sampah plastik kresek tersebut tidak hanya orang lokal. Namun ada juga dari wisatawan mancanegara yang datang langsung ke galeri Bank Sampah NTB Mandiri.
"Bule-bule datang membeli langsung, ada dari Belanda, dari Australia dan beberapa negara lainnya. Kalau ekspor secara langsung belum," ucapnya.
Aini juga mengaku bisa memproduksi kerajinan tenun dari sampah plastik kresek berkat dukungan PT Pertamina Patra Niaga, melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Internasional Lombok (BIL), di Kabupaten Lombok Tengah.
"Dukungan dari Pertamina, tahun ini mengadakan workshop, pelatihan motif tenun tiga hingga empat kali. Kami panggilkan pelatih dan nanti difasilitasi juga terkait seragam dan lainnya karena ini program baru," katanya.
Operation Head DPPU BIL I Nyoman Ana menjelaskan program Kampung Tenun Wanita di Desa Sukarara tersebut hadir sebagai komitmen PT Pertamina Patra Niaga, DPPU BIL dalam menjaga dan melestarikan budaya.
Menurutnya, perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi pola hidup dan konsumsi masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi budaya dan lingkungan.
"Hal tersebut mendorong kami untuk berupaya mewujudkan sebuah program yang terintegrasi baik dari segi budaya, lingkungan maupun ekonominya," ujarnya.
Program tersebut, kata dia, didesain dengan mendorong pengembangan Desa Sukarara yang memiliki ciri khas tersendiri.
Pihaknya berkomitmen mengolah sampah plastik karena sampah rumah tangga terbanyak yang ditemukan. Sampah plastik tersebut dikreasikan menjadi suatu kerajinan tangan yang diinovasikan dengan tenunan.
"Inovasi tersebut sebagai wujud aksi kami menjaga lingkungan seiring sejalan dengan menumbuhkan kehidupan ekonomi masyarakat," kata Nyoman Ana.
Area Manager Comm. Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, mengatakan program tenun seperti ini memang sudah familiar ditemukan. Namun kegiatan menenun sampah plastik yang sejalan dengan mendukung kebijakan zero waste masih sangat minim ada.
Program tersebut, kata dia, juga akan menjadi program yang baru. Selain itu, program itu nantinya akan menjadi program pelestarian lingkungan yang mampu memunculkan lapangan kerja baru sebagai bentuk komitmen Pertamina dalam meningkatan kualitas hidup masyarakat menuju komunitas yang mandiri guna mencapai pengembangan yang berkelanjutan.
"Program ini juga sebagai wujud dukungan Pertamina untuk dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs), khususnya tujuan ke-8, yakni menyediakan kesempatan kerja produktif dan layak untuk semua, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan," ucapnya.
Selain mengimplementasikan SDGs, Pertamina juga turut berupaya menjalankan environmental, social & governance (ESG) management, terutama di bidang sosial.
ESG merupakan langkah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya yang berfokus pada keberlanjutan bisnis secara jangka panjang. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL).