JAKARTA - Di bawah permukaan laut yang tenang di Kepulauan Seribu, sebuah kehidupan sedang berjuang untuk pulih dan kembali bersemi. Gugusan terumbu karang yang merupakan rumah bagi ribuan spesies laut, kini menghadapi tantangan berat akibat perubahan iklim, polusi, dan aktivitas manusia. Tak ingin kondisi ekosistem semakin memburuk, PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina tegas mengambil sikap.
Bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS), PHE OSES bergerak melakukan transplantasi terumbu karang. Dengan memanfaatkan 600 modul spiderweb, sekitar 9.600 bibit terumbu karang telah ditranplantasi sejak 2023. Keseluruhan modul ini nantinya akan menjadi 'rumah baru' bagi spesies laut, dengan luas 300 meter persegi, dengan lokasi tersebar di perairan Pulau Hantu Timur, Pulau Opak Kecil, Pulau Melintang Besar dan Pulau Bulat, Kepulauan Seribu.
Selain transplantasi, program konservasi ini juga mencakup pemantauan kesehatan terumbu karang secara berkala, dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut. Melalui pendekatan menyeluruh ini, diharapkan keberlanjutan terumbu karang dapat terjaga, serta memberikan manfaat ekologis dan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.
Keberadaan terumbu karang yang sehat akan menjadi habitat yang baik bagi populasi ikan dan biota laut lainnya, seperti teripang, kerang, dan udang. Kondisi ini tidak hanya memperkaya ekosistem laut, tetapi juga membuka peluang bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan sektor pariwisata snorkeling dan paket wisata lainnya. Selain itu, melimpahnya ikan dan biota laut di sekitar terumbu karang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi baru untuk meningkatkan ekowisata dan membantu nelayan setempat.
Tahun ini PHE OSES semakin memperkuat inisiatif konservasi, termasuk pelestarian penyu sisik, penyu hijau, dan kima raksasa. Pemuda lokal yang tergabung di Kelompok Penggiat Lingkungan di Kepulauan Seribu dilibatkan sebagai pelaku utama kegiatan, dengan pendampingan dari Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS).
Tercatat lebih dari 22.000 telur penyu sisik (eretmochelys imbricata) berhasil diselamatkan, dan 16.000 tukik dilepasliarkan ke habitat alaminya. Selain itu, program translokasi kima di Pulau Kelapa Dua juga dilakukan. Kima merupakan biota laut langka seperti kerang dengan ukuran mencapai 1,5 meter. Pada 2009, keberadaan kima terpantau di area TNKpS, tepatnya di Pulau Penjaliran.
PHE OSES dan TNKpS menginisiasi program translokasi kima non-gigas sebagai salah satu upaya konservasi dan pembesaran kima in-situ secara alami. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pemeliharaan dan pembesaran kima kawasan TNKpS. Sebanyak 150 bibit kima non-gigas telah ditranslokasi.
Untuk menjaga garis pantai agar tidak semakin tergerus abrasi, PHE OSES bersama masyarakat setempat juga menanam sekitar 130.000 bibit mangrove di Pulau Sabira, Pulau Harapan dan Pulau Kelapa sejak 2019.
General Manager PHE OSES, Antonius Dwi Arinto menyatakan, dengan kolaborasi yang baik dengan pemangku kepentingan, PHE OSES akan mengupayakan program-program untuk melindungi dan melestarikan kekayaan alam untuk generasi mendatang.
“Sejalan dengan pelestarian keanekaragaman hayati, kami telah menggagas Program Mitigasi Perubahan Iklim dan Konservasi (Tiga Perisai), sebuah inisiatif pengembangan masyarakat yang fokus pada perbaikan kerusakan lingkungan dan mitigasi perubahan iklim,” ujar Antonius, Selasa, 20 Agustus 2024.*SHU-PHE OSES