Donggala- Pertamina melepasliarkan 15 ekor Burung Maleo dari 30 ekor Maleo yang ditangkarkan di kompleks Kantor TBBM Donggala, pada (3/11). Hal ini dilakukan Pertamina untuk berkontribusi dalam melestarikan satwa endemik yang bernama latin Macrocephalon Maleo ini.
Kegiatan pelepasliaran Burung Maleo ini dirangkaikan dengan peresmian kantor baru ini turut dihadiri oleh GM Marketing Operation Region (MOR) VII Tengku Badarsyah, Sekretaris Dirjen KSDAE Kementarian Lingkungan Hidup Heri Subagiadi, Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Syihabuddin, dan Bupati Donggala Kasman Lassa.
Dalam sambutannya, Tengku Badarsyah mengatakan, “Penangkaran burung Maleo yang dilakukan Pertamina merupakan salah satu dukungan untuk memaksimalkan upaya yang telah dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulteng dalam melestarikan satwa langka.”
Dia juga mengatakan, setiap Terminal BBM di Sulawesi yang kinerja lingkungannya sudah berpredikat Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diwajibkan untuk memiliki program pelestarian keanekaragaman hayati.
“Terminal BBM Donggala salah satu ‘new comer’ di antara 323 perusahaan swasta dan bumn yang mendapatkan predikat tersebut tahun 2015, meresponnya dengan penangkaran satwa endemik ini.” lanjutnya.
Hal ini disambut baik oleh Bupati Donggala Kasman Lassa yang pada bulan Juni lalu menandatangani prasasti peresmian penangkaran yang bekerja sama dengan BKSDA ini. “Saya harapkan perusahaan lain di Donggala bahkan Sulteng meniru apa yang dilakukan Pertamina ini.Bukan hanya semata mengejar target bisnis, tapi disertai dengan mengedepankan daya dukung alam,” ujarnya.
Senada dengan Bupati Donggala, Sekdirjen KSDAE menuturkan, kepedulian terhadap pelestarian flora dan fauna langka biasanya dilakukan oleh pemerintah dan NGO. Kolaborasi pemerintah dengan sektor swasta seperti yang dilakukan ini sangat diperlukan, karena kepunahan tersebut diakibatkan perambahan hutan alam oleh perusahaan/swasta juga. Pertamina sudah menunjukkan kepedulian yang luar biasa.
Berdasarkan data yang dihimpun Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulteng, populasi Burung Maleo terus mengalami penurunan sebesar 70% selama beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan perambahan hutan dan masyarakat yang memburu telurnya untuk dikonsumsi. Perburuan liar, kebakaran dan perambahan hutan juga berkontribusi mengganggu ekosistem yang ada. Di Sulawesi Tengah sendiri, tidak hanya habitat Burung Maleo, habitat endemik seperti Anoa, Babirusa, dan Tarsius juga tergolong terancam kepunahan.•MOR VII