JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih memberikan dampak terhadap kenaikan angka pengangguran di Indonesia. Pada kelompok usia 20 hingga 24 tahun misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hingga Februari 2021 mencapai 17,66 persen. Sementara untuk kelompok usia 25 hingga 29 tahun, angkanya menyentuh 9,27 persen.
Sementara itu, BPS menyebutkan pandemi juga telah meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,54 juta orang. Angka tersebut membuat tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 10,14 persen dari total populasi nasional. Terutama di pedesaan, BPS mencatat indeks kedalaman kemiskinan di pedesaan menembus angka 2,27 persen. Jauh lebih tinggi dibandingkan perkotaan yang hanya menyentuh angka 1,29 persen.
Membantu mengentaskan kemiskinan di Desa Simpang, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Himpunan Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pertamina menggagas proyek budidaya pakan hewan ternak dari sampah organik.
“Ide ini muncul ketika saya melewati jalan lintas Kabupaten Curup-Kepahiang dan melihat banyak sampah sayur dan buah yang membusuk di sepanjang jalan. Ada potensi lapangan kerja yang bisa diciptakan khususnya untuk pemuda seusia saya,” ungkap Abid Naufal Khairan, ketua tim, dalam wawancara daring, Jumat 29 Oktober 2021.
Kabupaten Kepahiang merupakan penghasil komoditi pertanian sekaligus penyumbang sampah organik terbesar di provinsi Bengkulu. Jumlah sampah organik yang dihasilkan mencapai 74% dari total sampah di Provinsi Bengkulu.
“Sampah organik ini akan kami urai menjadi maggot, sejenis organisme yang berasal dari larva Black Soldier Fly (BSF). Maggot merupakan pakan ternak yang mengandung lemak dan protein melimpah. Maggot juga bisa dijadikan sebagai pupuk organik yang aman bagi pertanian,” pungkas mahasiswa asal Bengkulu tersebut.
Melalui proyek budidaya maggot ini, Abid dan tim berharap tidak hanya dapat mengentaskan permasalahan kepemudaan seperti penciptaan lapangan kerja, tetapi juga mengentaskan permasalahan ekonomi dan lingkungan secara bersamaan.
Dilansir dari data BPS Provinsi Bengkulu pada Agustus 2020, setidaknya 9.338 orang di daerah tersebut tidak mendapatkan pekerjaan atau kehilangan pekerjaan sejak pandemi Covid-19. Sementara itu, sebanyak 114.142 orang mengalami pengurangan jam kerja yang berdampak pada penurunan penghasilan.
Proyek gagasan Abid dan tim mendapat perhatian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Program ini memperoleh pendanaan dan pembinaan dari kemendikbud Ristek melalui Program Holistik Bina Desa (PHBD) senilai 40 juta Rupiah.
“Program yang masih berlangsung ini berisi sosialisasi, pelatihan, pembentukan Struktur Organisasi untuk memisahkan uraian pekerjaan masing-masing pihak, implementasi, pemasaran dan publikasi produk, serta monitoring dan evaluasi. Saat ini, anggotanya berjumlah 30 orang yang terdiri dari pemuda desa dan volunteer dari mahasiswa dan beberapa organisasi kepemudaan daerah,” tutur Abid.
Di Universitas Pertamina, mahasiswa telah terbiasa melakukan Project Based Learning melalui berbagai kegiatan pembelajaran, proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan kemahasiswaan. Disamping itu, mahasiswa juga dilibatkan dalam pengelolaan desa-desa binaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Di salah satu desa binaan yang berlokasi di Tenjo misalnya, mahasiswa melakukan berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur seperti pembuatan sumur bor, sanitasi, Tempat Pembuangan Akhir, dan pelatihan kewirausahaan. *UP