Haji Ali Mansyur dikenal sebagai perintis lingkungan pesisir karena pengabdiannya berpuluh-puluh tahun berbaur dengan Mangrove demi penyelamatan pesisir pantai dari kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar pantai karena abrasi air laut.
Mulai 1970, pantai yang berbatasan dengan desa mulai terkikis abrasi. Hingga pada 1975 di saat dirinya berusia 18 tahun, Ali Mansyur tergugah untuk berbuat sesuatu bagi desa kelahirannya. Dengan sepeda ontelnya, Ali berkeliling desa-desa untuk mencari dan memunguti bibit-bibit Mangrove yang tak bertuan. Bibit tersebut kemudian ditanamnya seorang diri di bibir pantai Desa Jenu, Kabupaten Tuban Jawa Timur.
Dengan penuh ketekunan, dari tahun ke tahun kegiatan tersebut dilakukannya seorang diri secara telaten. “Alhamdulillah tanaman Mangrove yang tadinya susah tumbuh di desa Jenu akhirnya bisa tumbuh subur karena saya lakukan dengan penuh kecintaan terhadap tanaman,” ujarnya.
Kesulitan menggerakkan masyarakat desa untuk melakukan pelestarian di pesisir pantai tentunya dialami oleh Ali. “Sangat sulit bagi saya bisa menggerakkan warga desa untuk menanam mangrove karena mereka belum mengetahui hasilnya,” ungkapnya.
Keberhasilan dirinya merindangkan pantai-pantai pun terbukti. Sehingga tidak ada lagi kesulitan yang alami Ali Mansyur, karena warga sekitar telah mengetahui hasilnya dan sudah merasakan manfaatnya. Akhirnya, tanpa diajak pun sudah banyak warga yang mengikuti jejak Ali untuk aktif melakukan penanaman Mangrove.
Akhirnya pada 1997, Ali bersama 18 kawannya membentuk Kelompok Tani Wana Bahari Desa Jenu. Kelompok tani tersebut mendapatkan perhatian dari Pemerintah setempat untuk diberikan pelatihan dan kemudian mereka diberi order pengadaan 50 ribu bibit.
Pada 15 Agustus 2001, mereka juga menyatukan langkah dengan membentuk Forum Masyarakat Peduli Pesisir Tuban. Seiring dengan berkembangnya kegiatan, empat tahun kemudian didirikan Yayasan Mangrove Centre. Lembaga inilah sekarang yang secara resmi mengelola Mangrove Centre Tuban yang luasnya mencapai 54 hektar dengan 32 hektarnya merupakan milik Ali Mansyur.
Kehadiran Mangrove Centre Tuban membuka lapangan kerja baru bagi warga Desa Jenu. Di samping sebagai ladang pembibitan Mangrove, kini di sepanjang pesisir pantai Desa Jenu Tuban menjadi ekowisata sehingga banyak pengunjung yang berdatangan. Ini membuka mata pencaharian baru bagi warga desa pesisir pantai dengan berjualan makanan dan kebutuhan pengunjung lainnya.
“Selain menahan abrasi tempat perlindungan ikan, kayu-kayu Mangrove bisa untuk bangunan dan buahnya bisa dijadikan minuman sirup Mangrove serta tepung untuk kue. Akar Mangrove juga dapat menjadi bahan dasar pewarnaan alami batik,” ungkapnya.
Mangrove Centre juga membuka diri menjadi tempat pelatihan budidaya Mangrove dan Cemara Laut. Yang datang, tak hanya dari Tuban, tapi juga dari Kabuapaten lain, termasuk dari luar Jawa. Bibit Mangrove dan Cemara Laut yang sengaja disemai di situ dibagikan gratis kepada siapapun yang membutuhkan. Mangrove Center menjadi lembaga yang berkembang tidak hanya di wilayah pesisir Jawa, juga menyebrang ke lain Pulau, seperti Bontang di Kalimantan.
Sejak dilahirkan 58 tahun silam, sang Guru Yayasan Pondok Pesantren Pondok Pesantren Manbail Futu ini tak pernah keluar dari desanya.Walaupun dengan kondisi yang serba kekurangan tak membuatnya harus mengadu nasib ditempat lain, jadi TKI di luar negeri ataupun mengadu nasib ke ibukota Jakarta. Karena keinginannya hanya satu yaitu ingin mengembangkan desa kelahirannya.
Atas dedikasinya terhadap lingkungan, Ali Mansyur pada 2012 lalu dianugerahi Kalpataru oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 10 Desember lalu, Ali meraih penghargaan Juara 1 Pertamina Award 2015 kategori Hijau pada program Perintis Lingkungan.
Sebagai penerima CSR Pertamina, Ali berharap perusahaan lain bisa lebih peduli dan mencintai lingkungan dari segala kerusakan. “Pertamina menjadi contoh bagi perusahaan lain sehingga manfaat itu sudah bisa dirasakan oleh masyarakat dan apa yang sudah diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat bisa tepat sasaran,” harap Ali.•IRLI