Tak ada yang menyangka, awal Agustus 2018, Lombok Utara terguncag gempa 7 skala richter. Termasuk Nauval Zulharmain. Pria yang sehari-hari bertugas di Terminal BBM Ende ini sedang cuti dan pulang ke rumah di Mataram saat gempa terjadi. Kepanikan amat terasa mengingat gempa terjadi hampir tengah malam.
“Yang terdengar hanyalah orang-orang berteriak. Besoknya baru terlihat banyak bangunan retak dan hancur,” cerita Nauval.
Gempa membuat sebagian besar wilayah Lombok Utara dan Lombok Timur rata dengan tanah. Warga Lombok pun diselimuti ketakutan karena masih banyak gempa susulan. Inilah yang membuatnya tergerak menjadi relawan di Posko Pertamina Peduli Gempa Lombok.
Ia mengaku tidak keberatan tidur berhari-hari di posko pengungsian. “Sudah kewajiban kami yang lahir dan besar di Lombok untuk kembali serta membantu Lombok dan masyarakatnya untuk bangkit, terutama membantu program trauma healing ke anak-anak,” pungkasnya.