JAYAPURA – PertaminaMarketing Operation Region VIII meneruskan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah digalakkan sejak tahun 2016 untuk memberdayakan masyarakat lokal pesisir Danau Sentani melalui budidaya ikan air tawar menggunakan kerambah tancap di Kampung Netar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.
Unit Manager Communication, Relations & CSR MOR VIII Brasto Galih Nugroho menerangkan bahwa tujuan dari program CSR ini mewujudkan masyararakat yang mandiri dan sejahtera.
"Kami beharap budidaya ikan air tawar menggunakan kerambah tancap di pesisir Danau Sentani ini terus berlanjut, karena sekali panen dalam kurun waktu tiga bulan bisa mendatangkan penghasilan sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Dengan begitu warga atau kelompok binaan bisa mandiri dan meningkat kesejahteraan hidupnya," jelas Brasto.
Menurut Brasto, kelompok usaha budidaya ikan air tawar tersebut diperuntukkan bagi masyarakat lokal di pesisir Danau Sentani, yang tentunya bersinergi dengan pemerintahan kampung setempat serta mitra kerjasama sebagai pendamping program, sehingga target bisa tepat sasaran dan bisa memberikan manfaat yang berkelanjutan.
"Kami akan terus memberikan pendampingan hingga suatu saat masyarakat bisa mandiri dan bukan saja budidaya ikan tetapi usahanya bisa berkembang dengan melakukan diversifikasi, seperti pengolahan ikan atau bisa merambah ke sektor lainnya seperti restoran ikan," terang Brasto.
Brasto mengungkapkan saat ini kelompok usaha budidaya ikan air tawar yang dibina dan diberikan pendampingan oleh Pertamina itu berjumlah sekitar 20 anggota kelompok.
Agusta Esina Wally (45) salah satu anggota kelompok penerima manfaat mengaku sangat terbantu dengan program CSR tersebut yang digelar oleh Pertamina sejak tahun 2016.
"Kami sangat terbantu dengan program dari Pertamina, dan hari ini kami diberikan bibit ikan mujair sebanyak 500 ekor ikan dari total 1.500 ekor," katanya.
Menurut dia, kehadiran dari Pertamina di tengah masyarakat lokal pesisir Danau Sentani telah membantu menghidupkan ekonomi keluarga dan kampung serta berharap pendampingan tersebut terus dilakukan hingga ia bersama kelompoknya menjadi mandiri dan tidak bergantung pada bantuan.
"Yang menjadi kendala kami selama ini adalah pemasaran, selain faktor alam seperti bencana banjir bandang sentani, yang terjadi beberapa waktu lalu. Kami harap Pertamina dapat membantu meningkatkan pemasaran kami," terang Agusta.
Senada dengan itu, Mathias Monim (50), yang merupakan ketua kelompok dan motivator bagi masyarakat pembudidaya ikan air tawar di pesisir Danau Sentani mengakui bahwa kehadiran Pertamina sangat membantu.
"Warga memang masih butuh pembinaan dan pendampingan untuk budidaya ikan air tawar, apalagi ada sedikit yang mengeluhkan soal pemasaran tetapi Pertamina terus memperhatikan kami. Mungkin yang perlu ditambah adalah penyuluhan dari instansi teknis terkait soal budidaya ikan dan manajemen keuangan," ungkap Monim.
Sementara itu, Kepala Kampung Nendali, Wemfrit Wally (40) menjelaskan bahwa keramba ikan yang dibantu oleh Pertamina sebanyak 26 keramba dan 49 keramba bantuan dari pemerintah lewat berbagai program.
"Soal pemasaran ikan ini yang perlu sentuhan dan sedikit inovasi. Memang selama ini warga hanya mengandalkan pembeli yang datang tetapi kedepan akan didorong agar pemasaran langsung ke konsumen atau bisa ke rumah makan atau restauran," jelas Wemfrit.
Mengenai pembinaan dan pendampingan, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Provinsi Papua, Carlos Matuan, membenarkan bahwa warga pembudidaya ikan air tawar, khususnya masyarakat asli Danau Sentani, sangat butuh pendampingan baik dari cara budidaya ikan hingga pemasarannya.
Menurut Carlos, masih ada ketimpangan antara pelaku usaha pembudidaya ikan air tawar. Pelaku usaha dari masyarakat pendatang lebih sejahtera dibanding masyarakat asli Danau Sentani.
"Memang usaha budidaya ikan air tawar dari masyarakat disini belum tertata maksimal dan perlu pendampingan secara intensif, baik secara manajerial dan permodalan," jelas Carlos.
Carlos mengakui jika belum semua usaha rakyat bisa tercakup oleh pemerintah sehingga dibutuhkan perhatian dari semua pihak atau pihak ketiga, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Pertamina.
"Apalagi saat banjir bandang awal tahun ini, sekitar 6.000 lebih keramba ikan di pesisir Danau Sentani terendam dan banyak ikan yang hilang, sehingga butuh kerja sama dengan pihak lainnya, seperti BUMN atau swasta lainya, karena dari sisi permodalan terbatas dan SDM-nya juga," katanya.
Carlos berharap dengan adanya bantuan dan pendampingan dari Pertamina, warga pembudidaya ikan air tawar yang ada di pesisir Danau Sentani dan sekitarnya bisa hidup mandiri dan terjadi peningkatan kesejahteraan.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina tidak lepas dari perannya sebagai Agen Pembangunan Negara. Dalam hal ini, pemberian bantuan program CSR ini merupakan bagian dari tugas Pertamina selain tugas-tugas pokoknya mendistribusikan energi hingga ke pelosok negeri.*MOR VIII