Bojonegoro - Pertengahan 2013, ketika MCL (Mobil Cepu Limited) mengadakan pelatihan membatik bagi warga di beberapa desa yang wilayahnya terkena proyek migas, ada seorang anak muda bernama Lukdianto yang ikut dalam program pelatihan tersebut. Anak kedua dari tiga bersaudara ini berasal dari Desa Dolokgede. Padahal, saat itu Desa Dolokgede bukan termasuk desa binaan MCL, sehingga tidak ada perwakilan dari desa tersebut yang mengirimkan warganya untuk bisa mengikuti pelatihan membatik. Namun karena minat dan ketertarikan Lukdianto yang cukup kuat terhadap kerajinan batik, dia bisa bergabung dalam program pelatihan melalui bantuan Ademos.
Selama mengikuti pelatihan, Lukdianto menyerap dengan semua materi dan program yang diberikan. Terbukti setelah pelatihan selesai, dia bertekad untuk menjadi seorang perajin batik. Sebagai modal awal, Lukdianto menjual sapinya untuk membeli peralatan dan perlengkapan membatik.
Dari hobi yang ditekuni sejak 2013 hingga kini, Lukdianto mulai merasakan hasilnya. Batik produksinya selain dipasarkan di wilayah Bojonegoro dan sekitarnya juga sudah mulai merambah ke kota besar lain, seperti Jakarta dan Surabaya, bahkan keluar Pulau Jawa. Selain membuat batik cap, Lukdianto juga membuat batik tulis dengan desain sendiri.
Kiprah anak muda ini patut mendapat apresiasi karena saat ini ia masih tercatat sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Teknik Ronggolawe (STTR) semester VII. Lukdianto harus membagi waktu untuk menekuni kuliah dan kegiatan membatiknya. Atas prestasi yang diraih oleh Lukdianto, maka melalui program pelatihan batik PT. Pertamina EP Cepu (PEPC), dia mendapat kepercayaan sebagai instruktur teknis membatik oleh Ademos. Semoga kiprahnya menjadi pemacu bagi pemuda lain untuk berkarya seperti Lukdianto.•PEPC