DUMAI – Sebanyak 14 nelayan yang tergabung dalam Kelompok Tuna Tanjung Palas, Kota Dumai, Provinsi Riau mulai menerapkan teknologi fish finder atau pencari ikan pertama kali di Kota Dumai pada Minggu (16/2). Fish finder tersebut merupakan bantuan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSL) Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai.
“Penerapan teknologi tersebut merupakan kali pertama bagi nelayan tangkap di wilayah Dumai,” ungkap Kepala Dinas Perikanan Dumai, Afifuddinsyah.
“Atas nama Pemerintah Kota Dumai dalam hal ini Dinas Perikanan mengucapkan terima kasih kepada Pertamina yang membantu kami untuk menginisiasi penggunaan teknologi penangkapan atau fish finder bagi para nelayan Dumai untuk pertama kalinya,” imbuh Afifuddinsyah.
Ia menjelaskan berdasarkan Peraturan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kelautan Perikanan, perairan Dumai bukan merupakan area tangkap ikan atau fishing ground karena merupakan jalur keluar masuk kapal industri, sehingga para nelayan harus menempuh puluhan kilometer dan memakan waktu hingga berhari-hari untuk kembali ke darat.
“Penggunaan fish finder tentu akan sangat membantu bagi para nelayan agar pencairan ke tengah laut menjadi sangat efektif dengan alat pendeteksi ikan yang canggih ini,” ungkap Afif.
Dirinya berharap Kelompok Nelayan Tuna yang dibina oleh Pertamina bisa berhasil memanfaatkan alat tersebut sehingga bisa menjadi percontohan bagi nelayan lainnya.
“Jika program ini berhasil, bukan tidak mungkin kami dari pihak pemerintah akan mulai memprogramkan penerapan fish finder untuk seluruh nelayan di Kota Dumai,” tambahnya.
Pejabat Sementara (Pjs) Unit Manager Communication, Relations, & CSR RU II, Brasto Galih Nugroho menuturkan pihaknya memberikan dua alat fish finder yang merupakan keluaran terbaru kepada kelompok nelayan Tanjung Palas.
“Kedua alat tersebut nantinya akan digunakan oleh kelompok secara bergantian dengan jadwal yang mereka tentukan sendiri,” kata Brasto.
Lebih jauh, Ia menerangkan pihaknya tidak hanya memberikan alat saja tapi juga pelatihan tentang bagaimana cara penggunaannya dengan menggandeng Politeknik Kelautan dan Perikanan (KP) Dumai sebagai narasumber.
“Di sini kami melibatkan para pengajar dan mahasiswa dari Politeknik KP Dumai sebagai pendamping teknis bagi para nelayan,” kata Brasto.
Politeknik KP merupakan perguruan tinggi di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang didirikan untuk mengembangkan kualitas dan kapasitas nelayan di Indonesia.
“Kami sangat terbuka apabila para mahasiswa atau dosen ingin melaksanakan penelitian atau praktik di program ini, dengan harapan akan muncul inovasi terapan baru yang nantinya bisa memberikan nilai tambah bagi para anggota kelompok nelayan,” tutup pejabat sementara Unit Manager tersebut.*RU II