JAKARTA – Sebanyak 20 Relawan Guru Sobat Bumi (RGSB) Angkatan II telah selesai menjalankan misi pendidikan di Kabupaten Keerom, Merauke dan Raja Ampat Provinsi Papua selama 11 bulan. Progam ini dijalankan dengan mengusung misi “Menggugah Kecerdasan Indonesia Timur”.
Program Relawan guru Sobat Bumi bertujuan memberikan pelayanan pendidikan di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) agar putera-puteri Indonesia Timur dapat merasakan pendidikan yang lebih baik. Program ini dimulai pada tahun 2013 dengan dipilihnya 12 orang Relawan Guru Sobat Bumi Angkatan I dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan dikirim ke Kabupaten Keerom.
“Terdepan, terluar dan tertinggal hal yang sangat luar biasa untuk bisa dilakukan. Tentunya ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pertamina Foundation hingga bisa memberangkatkan para guru relawan sobat bumi ini,” ungkap Ketua Yayasan Pertamina Foundation (PF), Umar Fahmi saat menerima kedatangan para RBSB yang kembali dari Papua, di Kantor PF Simprug, Senin (15/6).
Umar juga menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Negeri Semarang atas dukungannya yang telah memberikan kesempatan kepada Pertamina dalam terselenggaranya program ini.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PF, Damayanti Buchori turut mengatakan program ini merupakan bukti nyata kepedulian Pertamina terhadap dunia pendidikan dan menunjukkan bahwa Pertamina ingin berada di garda terdepan untuk memajukan pendidikan dari Sabang hingga Merauke.
“Pengalaman selama 10 bulan sebagai guru relawan di tanah papua ini sebagai pengalaman pendewasaan bagi para mahasiswa akhir dan yang baru lulus. Kegiatan ini sebagai pembentukan karakter dan menjadi tantangan, termasuk dukungan bagi Pertamina untuk membentuk Indonesia Satu,” ungkap Damayanti.
Banyak cerita suka duka yang dialami oleh para RGSB selama berada di tanah Papua tempat mereka diberi kesempatan untuk mengajar anak-anak yang minim pendidikan. Sepertinya halnya yang dialami oleh Mahasiswa UNJ Semarang, Andra Jati Nugraha. Melalui program ini, dirinya menjadi lebih tahu ternyata mengajar dan mendidik, bukanlah suatu hal yang sulit dilakukan meskipun berada di daerah pedalaman dengan minimnya fasilitas yang ada.
“Mengajar di pedalaman Papua sangat mengasyikkan, kita tidak perlu terpaku teks, kita dapat lebih intim dengan alam dan memberikan contoh-contoh pembelajaran melaui penampakan alam yang ada,” ungkap Andra saat berbagi suka dukanya.•IRLI