BANDUNG -Komitmen PT Pertamina Gas (Pertagas) untuk terus mengembangkan bisnis energi yang bersih dan ramah lingkungan bakal diikuti dengan dukungan penuh program konservasi dan penyelamatan satwa langka dilindungi yang hampir punah.
Hal itu dibuktikan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini dengan ditanda-tanganinya Perjanjian Kerjasama Konservasi Primata Endemik Jawa Barat oleh Presiden Direktur PT Pertamina Gas, Hendra Jaya dan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA Jabar), Sylvana Ratina, di Bandung (4/3).
Dibalut perjanjian tahap awal selama 5 tahun, rencananya PT Pertagas akan membangunan dan mengelola Pusat Rehabilitasi Satwa (PRS) di salah satu lokasi area operasinya di West Java Area yakni Distrik Cilamaya, Karawang. "Kami ingin berkontribusi dalam upaya pelestarian Surili dan Primata Endemik Jawa Barat lainnya melalui dukungan terhadap upaya-upaya konservasi in-situ dan ex-situ," ujar Hendra.
Pilihan Surili (Presbytis comata) bukanlah tanpa alasan. Satwa yang dikenal sebagai primata yang sensitif dan pemalu ini termasuk 25 jenis satwa prioritas untuk upaya konservasi oleh Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian LHK sejak tahun 2015. "Surili juga merupakan satwa khas (endemik) Jawa Barat," ujar Hendra. Dengan alasan itu pula, lokasi PRS pun ditempatkan di area operasi Pertagas yang berada di wilayah Jawa Barat.
Alasan lain, menurut Hendra, sejak tahun 2014, badan dunia untuk perlindungan alam IUCN (International Union for Conservation of Nature) pun telah memasukkan Surili dalam dafar satwa katagori terancam punah (endangered) karena populasinya di habitat alam terus berkurang. Menurut hasil kajian lapangan yang dipublish IUCN tahun 1999, populasi alami Surili perkirakan tidak lebih dari 2.500 ekor.
Masih menurut Hendra, pihaknya akan segera membangun PRS dan diharapkan bisa rampung di pertengahan tahun ini juga. "Setelah itu akan langsung difungsikan untuk menampung satwa sebelum nantinya dilepasliarkan," ujarnya. Rencananya selain Surili, terdapat 2 satwa lainnya dari kelompok Primata Endemik Jawa Barat yang bisa tinggal sementara di PRS tersebut yakni Lutung Jawa dan Owa Jawa.
Nantinya PRS tersebut akan menampung dan merehabilitasi satwa Primata dari hasil penyitaan oleh BBKSDA Jawa Barat, atau BKSDA lainnya di Indonesia yang mempunyai sitaan jenis-jenis primata tersebut dan juga dari penyerahan sukarela oleh masyarakat yang memelihara.
Kepala Balai Besar KSDA Jabar, Sylvana Ratina menyambut baik niatan PT Pertagas untuk membangun PRS. "Saya senang sekali, ada perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam konservasi satwa yang hampir punah," ujarnya. Ia juga mengapresiasi satwa yang dipilih untuk dikonservasikan. "Karena perdagangan dan eksploitasi Satwa Primata Jawa Barat di alam makin marak, termasuk Surili di dalamnya," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara penandatanganan perjanjian kerjasama tersebut.
Sylvana meyakini komitmen Pertagas dalam program konservasi ini sudah tidak perlu diragukan lagi. "Nama besar Pertamina Gas sudah jadi jaminannya," ujarnya. Ia berharap akan banyak perusahaan yang mencontoh Pertamina Gas untuk membuat program serupa sebagai bentuk kepedulian akan program pemerintah, khususnya konservasi satwa yang terancam punah.
Surili mempunyai bentuk dan ukuran tubuh berkisar antara 42-61 cm. Secara proporsional ekor Surili umumnya lebih panjang dari pada panjang badan yaitu berkisar antara 50-85 cm. Berat tubuh surili dewasa rata-rata antara 5-8 kg dan memiliki warna tubuh keabuan pada bagian belakang (dorsal), puth pada bagian depan (ventral) dan jambul berwarna abu gelap. Bayi Surili yang baru lahir umumnya berwarna putih terang sepert kapas dan akan berangsur berubah keabuan seiring bertambahnya umur. Wajah Surili termasuk cantik dengan warna pipi gelap serta bibir yang kemerahan.
Surili tersebar di 34 blok kawasan hutan di Jawa Barat mulai dari kawasan hutan dataran rendah sampai pada kawasan hutan pegunungan hingga ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun saat ini dengan semakin berkurangnya kawasan hutan di Pulau Jawa, kemungkinan besar populasi Surili di alam pun telah hilang dari beberapa kawasan sebaran tersebut.