BALI- Rasa kepedulian yang menggerakkan hati para mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Bali menjadi relawan pengajar di sekolah Pra SMP Inklusi Desa Bengkala. Bersinergi dengan Pertamina yang menginisiasi program inklusi pra SMP tersebut, mereka mengajar seminggu secara bergantian.
"Kami merasa terpanggil untuk datang ke desa ini. Kami ingin mereka punya akses pendidikan yang sama seperti orang biasa pada umumnya," ujar Kadek Daivi Wahyuni mahasiswa Pendidikan Kimia Undiksha, salah satu relawan tersebut.
Selain Kadek Daivi Wahyuni, ada juga Ni Komang Ferosi Krystiandini, Ni Made Arie Kusuma Santhi, Ni Putu Riska Novelia Ulandari, dan Putu Ayu Diah Artini yang menjadi relawan pengajar di bawah bimbingan dosen Undiksha Dr. rer.nat. I Wayan Karyasa, S.Pd., MSc. Para relawan bersama dosen membuat kurikulum yang disesuaikan dengan anak-anak kolok di desa ini.
"Mengajar anak kolok berbeda dengan anak biasa. Susah-susah gampang, karena harus mengajar dengan bahasa isyarat. Kelebihannya, karena mereka tidak mendengar jadi fokusnya melebihi orang biasa. Jadi sebenarnya orang kolok itu ya sama dengan orang umum biasa asal kita menguasai teknik penyampaian yang pas untuk mereka," ujar Ferosi, relawan pengajar lainnya.
Para relawan memiliki sistem mengajar yang unik yang disesuaikan dengan kebudayaan lokal di sana. Misalnya saat belajar matematika, mereka menggunakan contoh dengan Canang. Canang merupakan salah satu sarana upacara yang setiap hari selalu digunakan oleh umat Hindu. Para siswa dapat belajar menghitung panjang canang tersebut. Atau saat belajar warna, para relawan biasa menyampaikan dengan dikaitkan pada contoh yang bisa dilihat.
"Merah itu bibir, hitam rambut, putih gigi, kuning itu kunyit," jelas Daivi sambil memberi contoh dengan bahasa isyarat.
Semangat mengajar para relawan semakin kuat karena respon yang ditunjukkan anak-anak kolok. Menurut Daivi, para siswa sangat antusias mengikuti pelajaran di sekokah tersebut.
"Kami berharapPertamina dapat segera mengembangkan program yang sudah ada ini, baik dari segi tempat bahkan terus dilanjutkan sampai sekolah inklusi untuk jenjang SMA," pungkas Daivi usai mengajar di Desa Bengkala, (4/9/2018). *INDAH