"Dong ayok ke Lombok." Begitu ajakan Sonny Artha N. kepada teman-teman agar mau menyaksikan keindahan alam Lombok. Namun keindahan itu seakan sirna seketika sesaat gempa mengguncang, Suasana mencekam. Pria yang bertugas di Pertamina Geothermal Energy Proyek Lumut Balai ini pun diselimuti kepanikan saat menerima telepon dari istri dan anak di Gunungsari, Lombok Utara. Mereka menangis tiada henti karena guncangan gempa, belum lagi listrik yang juga mati.
Suasana gelap, panik dan mencekam.
“Kepanikan makin terasa karena saya tidak bisa menghubungi orangtua yang tinggal tidak jauh dari rumah, apalagi anak bungsu bersama mereka. Tak pikir panjang, saya mengajukan cuti untuk segera pulang ke Lombok,” ujar Sonny berkisah.
Kecintaan pada kampung halaman pulalah yang mendorongnya berbagi keceriaan dan membantu saudara-saudara yang tertimpa musibah gempa di Lombok dan sekitarnya.
“Tidak sekadar membantu secara fisik, kita juga perlu membangkitkan semangat mereka agar dapat segera memulai hidup mandiri,” imbuhnya.
Ia menuturkan, yang dibutuhkan pengungsi saat ini adalah rumah huni sementara mengingat sebentar lagi akan masuk musim penghujan. Selain itu, menurut Sonny, perbaikan sanitasi di pengungsian, healing kepada anak-anak pengungsi gempa dan menyelenggarakan sekolah darurat juga diperlukan. “Termasuk memberikan pelatihan/keterampilan tambahan juga perlu dilakukan agar masyarakat terdampak dapat mandiri menciptakan lapangan pekerjaan atau menghasilkan sesuatu yang bisa dijual untuk memulai hidup mandiri,” sarannya.•