BOYOLALI – Sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Sahabat Disabilitas Pertamina, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah meresmikan sanggar pelatihan jahit bagi kelompok difabel, di Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (10/8/2022).
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan dan Pertamina, di antaranya Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Hindun Anisah; Executive General Manager Regional Jawa Bagian Tengah, Dwi Puja Ariestya dan beberapa tokoh masyarakat lainnya.
Dalam sambutanya, Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Hindun Anisa mengatakan Kementerian Ketenagakerjaan terus berupaya mendorong dan mengapresiasi kerja sama dan keterlibatan peran berbagai pihak, terutama peran dunia usaha, kelompok-kelompok penggiat hak disabilitas, serta berbagai pemangku kepentingan di pemerintahan, baik di pusat maupun daerah.
“Saya sangat mengapresiasi praktik baik yang telah nyata dilakukan oleh Pertamina. Dirintis melalu program CSR-nya, Pertamina sebagai salah satu BUMN terkemuka telah menunjukkan sisi peran penting badan usaha dalam pembangungan inklusi sosial bidang ketenagakerjaan, khususnya pemberdayaan ekonomi para Penyandang disabilitas,” ucap Hindun.
Dia menambahkan Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, sebagai bentuk komitmen untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas, sesuai dengan prinsip-prinsip dari Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas.
“Termasuk pemenuhan hak bidang ketenagakerjaan, tiada lain ditujukan agar para penyandang disabilitas mampu berperan dan berpartisipasi sebagai subjek pembangunan atas dasar kesetaraan,” tutur Hindun.
Pada kesempatan yang sama, Dwi Puja Ariestya (Ari) mengatakan program yang dijalankan ini merupakan bagian dari program Difabelpreneur yang telah dirintis Pertamina melalui program CSR sejak 2018 di Boyolali.
“Sebagai BUMN yang beroperasi di Kabupaten Boyolali melalui Fuel Terminal Boyolali, kami turut menjalankan program CSR untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat di sekitar, khususnya kepada kelompok rentan yaitu penyandang disabilitas,” tutur Ari.
Berawal dari 1 kelompok usaha batik Sriekandi Patra, kini kelompok dan kegiatan usaha difabel telah berkembang dan mereplikasi ke 2 kelompok baru, di antaranya kegiatan produksi jahit oleh kelompok Kresna Patra, dan kegiatan jasa antar tabung Bright Gas oleh Komunitas Difabel Ampel.
“Semula program kami hanya diikuti oleh 15 penyandang disabilitas. Kini jumlahnya bertambah menjadi 130 orang yang tergabung ke dalam 3 kelompok usaha tersebut. Di luar kelompok tersebut, sedikitnya 350 penyandang disabilitas di Boyolali juga telah kami latih dan memiliki keterampilan menjahit, membatik, maupun antar tabung Bright Gas,” tambahnya.
Ari menjelaskan, sebelumnya Pertamina juga telah mendirikan sanggar batik Sriekandi Patra yang berlokasi di Kecamatan Teras pada tahun 2019 sebagai tempat pelatihan membatik bagi kelompok difabel.
“Kami berharap dengan adanya sanggar pelatihan jahit maupun pelatihan batik ini dapat membantu peningkatan kapasitas kelompok difabel sebagai upaya peningkatan taraf ekonomi melalui kegiatan usaha yang dijalankan,” tutur Ari.
Dirinya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung Pertamina menjalankan program tersebut.
“Program ini tidak akan berjalan dengan baik, tanpa dukungan dari berbagai pihak mulai dari pemerintahan Kabupaten Boyolali, pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, hingga pemerintahan pusat melalui Kementerian Ketenagakerjaan. Selain itu kami juga bersinergi dengan badan usaha lain, yaitu PT Pan Brothers dan PT Hop Lun sebagai badan usaha di bidang konveksi yang membuka peluang kerja kepada para penyandang disabilitas yang telah kami latih menjahit,” tandasnya.
Ari menambahkan program ini merupakan wujud dari penerapan komitmen ESG (Environment, Social, Governance) yang dijalankan Pertamina.
“Selain itu program ini juga ikut kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), poin 10 (Berkurangnya Kesenjangan), poin 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), poin 16 (Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh), dan poin 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan),” tutupnya.*SHC&T JBT