JAKARTA - PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) dan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) melakukan penandatangan Nota Kesepahaman Pelaksanaan Konversi Kapal Berbahan Bakar HSD menjadi Berbahan Bakar Ganda - Diesel Dual Fuel (DDF) yaitu bahan bakar High Speed Diesel (HSD) dan Liquified Natural Gas (LNG), pada Rabu, 29 Juli 2020.
PTK dan PHM mewujudkan dalam suatu Pilot Project yaitu melakukan Konversi Bahan Bakar High Speed Diesel (HSD) menjadi Kapal Berbahan Bakar Ganda (Diesel Dual Fuel – DDF) pada salah satu Kapal milik PTK yang akan dioperasikan di PHM, yang targetnya adalah melakukan substitusi penggunaan Bahan Bakar HSD menjadi mengunakan LNG.
Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan konversi bahan bakar duel fuel ini ternyata ampuh kurangi HSD sehingga tercipta efisiensi.
“Untuk mengurangi ketergantungan impor HSD dengan cara melakukan efisiensi dan melalui pilot project tersebut. Pada pilot project itu akan dilakukan pembangunan kapal milik PTK untuk menunjang operasional eksplorasi PHM di Balikpapan, sehingga kita mempunyai target mengurangi HSD sampai 60 persen. Kapal-kapal yang beroperasi di PHM Balikpapan bisa memakai bahan bakar LNG,” katanya.
Direktur Utama PTK Nepos MT Pakpahan mengatakan kerja sama yang dilakukan jelas memberikan keuntungan bagi kedua belah Pihak. PHM mendapatkan keuntungan melalui berkurangnya pemakaian HSD hingga mencapai 60 persen, menjadi mengunakan LNG yang harganya relatif lebih murah dan ramah lingkungan.
“Sedangkan PTK, kerja sama ini memberikan keuntungan yaitu terutilisasinya kapal-kapal milik PTK di PHM dengan harga sewa cukup baik dengan kontrak jangka panjang, dan nantinya juga tidak hanya satu kapal bahkan beberapa kapal untuk mengantikan kapal-kapal yang masih memakai bahan bakar konvensional (HSD) yang masih beroperasi di wilayah kerja PHM,” tambahnya.
Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia Chalid Said Salim menambahkan ini bahan bakar dual fuel itu memiliki potensi saving cost yang sangat besar. Bahkan akan menyumbangkan value creation untuk Pertamina.
“Itu bisa direplikasikan baik di lingkungan PHM maupun PHI group. Cost optimasi di hulu migas membuahkan suatu value creation yang sangat besar, ramah lingkungan, dan sinergi yang baik di Pertamina Group,” tutupnya. *IDK/Foto: KUN/HM