CILACAP - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia memberikan apresiasi khusus kepada PT Pertamina yang berencana mengembangkan industri bahan baku obat parasetamol dari bahan baku Benzene dan Propylene. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian RI, Muhammad Khayam saat mengunjungi Kilang Cilacap, pada Rabu, 16 September 2020.
Menurut Khayam, pihaknya sangat mendukung penuh segala upaya pengoptimalan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia guna menjadi bahan baku farmasi, seperti pengembangan bahan baku obat parasetamol.
"Jalinan kerja sama antara Pertamina dengan Kimia Farma yang sudah diinisiasi dalam rangka pengembangan industri bahan baku obat diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri kimia nasional," ujarnya.
Inisiatif yang dilakukan Pertamina, lanjut Khayam, sejalan dengan arahan Presiden RI untuk terus meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional. "Sekaligus membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi, mengingat 95% dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih impor," ujarnya.
Apalagi di saat pandemi, tambah Khayam, berbagai upaya ditempuh pemerintah demi keberlangsungan roda perekonomian di tengah kondisi pandemi COVID-19. "Hampir semua sektor industri terkena imbas akibat pandemi, tapi industri farmasi masih mencatatkan kinerja positif karena didukung peningkatan dari permintaan terhadap obat-obatan atau suplemen dalam upaya menghadapi wabah tersebut," jelasnya.
Ke depan, Khayam mengingatkan masih dibutuhkan pemikiran lainnya bagi nilai strategis dari kerja sama pengembangan industri bahan baku obat antara Pertamina dan Kimia Farma, agar keduanya mendapat manfaat signifikan.
"Selain itu kemandirian Indonesia di sektor industri farmasi merupakan hal yang penting, terlebih dalam kondisi darurat kesehatan seperti saat ini," ujarnya.
Menurut Joko Pranoto, General Manager PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) IV Cilacap, sinergi pengembangan bahan baku obat itu berawal dari penjelasan dan kajian yang dilakukan Pertamina. "Dan kami telah menetapkan bahwa produk petrokimia akan menjadi lini bisnis yang dapat diandalkan di masa depan ketika terjadi transisi energi," ujarnya.
Lanjut Joko, Pertamina memang mencoba mengidentifikasi peluang untuk masuk pada bahan baku farmasi dan logistik. "Bersama Kimia Farma kami pun sudah melakukan penjajakan, bahkan telah dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional dan Direktur Utama Kimia Farma melalui virtual, akhir Juli lalu," katanya.
Joko mengatakan Kilang Cilacap mampu memproduksi Benzene dan produk Propylene masing-masing sebanyak 120 ribu ton per tahun dan 160 ribu ton per tahun yang merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh berbentuk gas sebagai bahan baku industri petrokimia. "Dengan angka tersebut kami yakin Pertamina Kilang Cilacap akan mampu menjadi salah satu penopang kebutuhan bahan baku obat," ujarnya. *RU IV/HM