SEMARANG - Dalam rangkaian Workshop Sinergi Bisnis 2019, Pertamaina juga mengadakan Forus Group Discussion (FGD) yang membahas tentang kebijakan pendukung sinergi Pertamina Group, di Patra Semarang Hotel & Convention, Semarang, pada Rabu (26/6/2019).
Dalam FGD ini, VP Procurement Excellence Center Joen Riyanto menjelaskan tentang tantangan optimasi sinergi bisnis Pertamina Group terkait dengan kebijakan pendukung. "Ada empat tantangan yang kita hadapi, yaitu kebijakan procurement, kebijakan investasi, kebijakan pendanaan, dan kebijakan pembayaran," ujarnya.
Kebijakan procurement dapat diperbarui melalui peningkatan kebijakan tunjuk langsung bagi AP Pertamina yang masih di bawah 90%. Alternatif solusinya melalui revisi STK pengadaan barang atau jasa atau mekanisme lainnya.
Kebijakan investasi perlu diperbaiki terkait dengan Hurdle Rate dan keekonomian proyek investasi, apabila para pihak yang terlibat adalah 100% Pertamuna Group.
Kebijakan pendanaan terkait dengan pendanaan untuk working capital dan investasi. Sedangkan kebijakan pembayaran perlunya peninjauan ulang terhadap mekanisme pembayaran bagi pemberi kerja agar dapat membantu cash flow AP penyedia jasa terutama tenaga kerja.
Menurut Toto Triantoro Senior Manager Procurement Corporate Upstream and Gas, tantangan ini dapat dihadapi bersama melalui sinergi antar anggota Pertamina Group. "Dasar Pelaksanaan Optimasi Sinergi Pertamina Group ialah RRD No 103/2018 tanggal 2 Agustus 2018 perihal Optimasi Bisnis Pertamina Group. Terdapat lima point penting dalam RRD, yaitu penyelerasan bisnis Pertamina Group, persetujuan program Pertamina First, kebijakan pendukung sinergi, penyempurnaan persn Direktorat pembina, dan quick win sinergi," paparnya.
Toto meyakini, dengan komitmen dari seluruh anggota Pertamina Group, target sinergi 2019 dapat diwujudkan. *IN