SEI PAKNING - Sebagai bagian dari kunjungan kerja ke Kabupaten Bengkalis, Gubernur Riau Syamsuar kunjungi Kawasan Arboretum Gambut yang berlokasi di Kampung Jawa Kelurahan Sungai Pakning, Jumat (11/10). Dalam kunjungan ke lokasi eduwisata yang dikelola Kelompok Tani Tunas Makmur yang merupakan binaan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) II Sei Pakning ini, Gubernur Riau didampingi Manejer Produksi Kilang Pertamina RU II Sungai Pakning Fajar Basuki, Asisten II Kabupaten Bengkalis Heri Indrapaja dan pejabat pemerintahan setempat lainnya.
Di bawah payung program Kampung Gambut Berdikari, sinergi masyarakat Kampung Jawa dan Pertamina RU II Sei Pakning ini mulai dijalankan sejak tahun 2013 hingga 2016 terkait kerjasama pemadaman karhutla dan mulai 2017 untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat. Sejak 2015, Kampung Jawa pun telah bertransformasi dari titik rutin menjadi titik bebas karhutla.
Ditemui saat berdialog dengan Kelompok Tani Tunas Makmur dan Tim Pertamina, Gubernur Riau Syamsuar menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat dan Pertamina yang telah ikut mendukung program pemerintah dalam penanggulangan permasalahan karhutla. Lahan yang dulunya sangat rawan kebakaran berhasil dijadikan kelompok masyarakat di Kampung Jawa sebagai kawasan yang memiliki manfaat tinggi. Tidak hanya secara ekonomi bagi para pengelola namun juga memiliki nilai pembelajaran yang tinggi bagi pelajar dan mahasiswa serta masyarakat yang hendak belajar mengenai keanekaragaman hayati maupun sejarah Kampung Jawa terbebas dari karhutla.
Syamsuar juga menyatakan dengan keberhasilan masyarakat Kampung Jawa dalam menghentikan karhutla sejak tahun 2015, Program ini sudah sangat layak menjadi lokasi benchmark bagi wilayah lain di Provinsi Riau maupun Indonesia dalam hal optimalisasi lahan sebagai upaya mencegah karhutla.
"Program ini telah berhasil dalam menghentikan karhutla sejak tahun 2015 sehingga dapat menjadi percontohan bagi wilayah lain yang memiliki permasalahan serupa. Perbanyak kunjungan dari kelurahan, kecamatan dan kabupaten lain untuk sama-sama belajar mengendalikan karhutla dan memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat," ungkap Syamsuar.
Lebih lanjut Syamsuar menyampaikan Program Kampung Gambut Berdikari ini cocok menjadi tempat pembelajaran bagi wilayah lain dikarenakan kreativitas kelompok masyarakat dalam memilih aktivitas di atas lahan yang rawan terbakar. Menurutnya, masyarakat kini harus mulai mencari alternatif lain dalam optimalisasi lahan yang dahulu sangat identik dengan menanam kelapa sawit.
"Bapak Ibu di Kampung Jawa ini fokus lakukan penanaman nanas yang bernilai ekonomi tinggi dan kembangkan kawasan arboretum yang menjadi lokasi tumbuh kembang flora dan fauna lokal. Beberapa bahkan ada yang endemik Riau seperti kantung semar. Jadi ada opsi lain selain pohon sawit," jelas Syamsuar.
Fajar Basuki Manajer Produksi Kilang Pertamina RU II Sei Pakning saat berikan penjelasan kepada Gubernur Riau menyatakan sejak 2017 pihaknya telah aktif kembangkan program Kawasan Gambut Berdikari ini dengan masyatarakat Kampung Jawa setelah sebelumnya secara aktif mendukung upaya pemadaman di lokasi yang sama mulai 2013 hingga 2015.
Pada awal pengembangan program, Pertamina RU II hadir melalui bantuan peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanganan karhutla, pelatihan wirausaha, pemanfaatan lahan bekas area terbakar sebagai kawasan pertanian nanas hinga pelatihan pengolahan produk nanas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sebagai BUMN yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, Program Kampung Berdikari ini menjadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dan memenuhi keseluruhan dari 4 pilar TJSL Pertamina yakni Pertamina Hijau (Lingkungan), Pertamina Cerdas (Pendidikan), Pertamina Sehat (Kesehatan) dan Pertamina Berdikari (Pemberdayaan Masyarakat).
"Alhamdulillah upaya kami untuk mendukung masyarakat Kampung Jawa terbebas dari karhutla disambut dengan baik. Melalui kelompok Tunas Makmur komunikasi yang terjalin sangat dinamis sehingga dapat menciptakan program unggulan yang bermanfaat bagi masyarakat," jelas Fajar.
Tidak hanya berhenti di sini, pihak Pertamina juga tengah melalukan pengembangan program seperti yang di tahun 2019 ini yaitu Pertanian Nanas Zero Waste yang memungkinkan anggota kelompok mengolah semua bagian tanaman nanas menjadi produk bernilai ekonomis dan pengembangan kurikulum Sekolah Cinta Gambut di 25 Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Batu, Siak Kecil dan Bandar Laksmana serta melibatkan 3.295 siswa.
Turut mendampingi Gubernur Riau berkeliling Kawasan Arboretum Gambut, Ketua Kelompok Tunas Makmur Samsul menjelaskan ia dan 43 anggota kelompok yang 18 di antaranya adalah para ibu rumah tangga sehari-hari membagi tugas dalam menjalankan 3 sub program Kampung Gambut Berdikari yakni Kawasan Arboretum Gambut, Pertanian Nanas dan Olahan Tanaman Nanas.
Khusus untuk Kawasan Arboretum Gambut, hingga 2019, Ia menjelaskan minat masyarakat semakin meningkat dalam mengunjungi kawasan seluas 1.1 Hektar ini. Tercatat setidaknya terdapat 1.500 pengunjung per bulan yang datang dari berbagai latar belakang khususnya pelajar dan mahasiswa.
Pada akhir pekan tidak sedikit pula keluarga yang hadir di sini untuk merasakan sensasi "back to nature" dan menyaksikan secara langsung flora endemik dan dilindungi dari Provinsi Riau yakni Kantung Semar.
"Dengan tingginya minat masyarakat, Alhamdulillah kelompok dapat memperoleh penghasilan tambahan sebesar Rp 15 Juta tiap bulannya. Angka ini belum termasuk hasil panen nanas dari lahan seluas 40 Hektar dan penjualan produk olahan nanas", ungkap Samsul.
Selain peningkatan aspek ekonomi, Samsul menyampaikan bahwa kelompok bersama Pertamina terus memikirkan upaya agar Kampung Jawa dapat terus aman dari Karhutla yang merupakan tujuan awal pelaksanaan program.
Ia menuturkan hingga kini anggota kelompok masih secara rutin meninjau lahan gambut khususnya saat musim kemarau mulai mendekat. Dengan memperhatikan gejala alam seperti turunnya debit air pada lapisan bawah tanah, ia dan Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api (Forkompa) yang dibentuk oleh Pertamina pada tahun 2017 dan beranggotakan 59 anggota dari 5 desa langsung lakukan kegiatan pemadaman.
Untuk mempermudah pemadaman, kini Forkompa telah berhasil pula kembangkan inovasi Sumur Hydrant yang memungkinkan masyarakat mencari sumber air untuk memadamkan titik api tanpa harus menggunakan mobil pemadam kebakaran ataupun mengangkat air dari sumber air permanen.
Masyarakat cukup membuat sumur instan saat hendak memadamkan titik api dengan menancapkan sebatang kayu ke tanah gambut yang memiliki banyak cadangan air. Selanjutnya air dihisap menggunakan selang oleh sejenis mesin pompa.
Untuk mendukung kegiatan Forkompa, Pertamina bantu 5 unit mesin pompa dan peralatan Sumur Hydrant lainnya. Demo penggunaan Sumur Hydrant ini pun memperoleh apresiasi dari Gubernur Riau.
"Kami sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah mewujudkan mimpi kami terbebas dari karhutla. Alhamdulillah gelar Kampung Neraka telah lepas dari Kampung Jawa. Kami pun siap untuk sebarkan program ini ke lokasi lain," pungkas Samsul.•RU II