JAKARTA - Direktorat Pengolahan dan Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia (MP2) Pertamina menyelenggarakan Rapat Koordinasi Gabungan di Hotel Grand Hyatt Jakarta (20/11). Selain rapat, dilakukan juga perjanjian komitmen bersama kedua direktorat disaksikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
"Saya senang sekali mendapat laporan tentang kolaborasi ini. Tantangan bisnis yang semakin dinamis harus kita antisipasi. Kita harus membuktikan bahwa Pertamina kuat dan tidak cengeng. Direktorat Pengolahan itu jantungnya Pertamina. Saya sangat mendukung dengan percepatan pembangunan kilang dan kita lakukan inovasi produk. Kita tunjukkan bahwa kita adalah putera-puteri terbaik bangsa yang bisa berkontribusi pada ekonomi negara," tegasnya.
Direktur Pengolahan Budi Santoso Syarif mengungkapkan forum ini merupakan yang ke-5 kalinya dilaksanakan. Biasanya rapat koordinasi gabunga diadskan setiap 3 bulan sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
"Dalam rapat koordinasi ini kita bukan hanya berdiskusi melainkan ada kesepakatan yang terbentuk. Misalnya, tentang penerapan regulasi International Matirime Organization (IMO) 2020 di Pertamina, pengembangan biorefinery serta strategi konversi excess solar to gasoline dan petrokimia," jelas Budi.
Terdapat beberapa opsi pemenuhan regulasi IMO 2020. Pertama, membangun unit atau fasilitas Fuel Oil Treating agar kilang bisa produksi LSFO. Kedua, menggunakan distillate (gas oil/solar) sebagai bahan bakar kapal. Ketiga, menggunakan LNG sebagai bahan bakar kapal laut. Keempat, melakukan impor produk LSFO sesuai gap supply/demand untuk pemenuhan kebutuhan market. Terakhir, memasang alat srubber di kapal laut sehingga kapal tetap bisa menggunakan HSFO (high sulfur fuel oil).
Sementara itu, Direktur MP2 Ignatius Tallulembang memaparkan tentang akselerasi penyelesaian proyek RDMP, GRR, dan Petrokimia. "Hari ini kami lakukan koordinasi pengambilan keputusan secara cepat untuk menjawab tantangan yang kita hadapi sekaligus percepatan proyek di refinery dan petrokimia. Kami juga berupaya mengoptimalkan hasil kilang melalui pemilihan teknologi yang tepat serta membangun kilang yang lebih kompetitif dan fleksibel. Bagaimana diesel bisa kita konversi ke gasoline, kemudian gasoline ke petrokimia," pungkasnya. *IN