KARAWANG – PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field yang mempunyai wilayah operasi di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dengan produksi minyak bumi sebesar 1799 BOPD dan gas sebesar 34.88 MMSCFD.
Dalam proses produksi di Tambun Field, isu tingginya impurities gas sangat berdampak pada kualitas gas sales karena adanya kandungan H2S yang fluktuatif (43 ppm sampai 120 ppm). Untuk mengatasi masalah ini, Tambun Field menggunakan chemical H2S scavenger melalui kontrak dengan pihak kedua dengan metode injeksi.
Untuk mengatasi impurities H2S tersebut, PEP Tambun Field mencari alternatif bahan yang dapat menghilangkan H2S baik secara abdorbsi maupun secara reaksi kimia. Dari studi literatur yang dilakukan ditemukan beberapa bahan/material yang dapat bereaksi dengan H2S. Pada invensi ini disediakan suatu metode dan alat yang dapat dipergunakan sebagai adsorber Hydrogen Sulfide (H2S) dengan memanfaatkan bahan-bahan Besi Oksida (Fe2O3), Kapur (CaCO3), Karbon Aktif dan Air (H2O) sebagai bahan dasarnya dan akan membentuk camputan Burket (Bubur Lengket). Burket inilah yang akan digunakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat mengatasi impurities H2S tersebut.
Selain itu, inovasi yang dilakukan adalah redesign vessel idle (over capacity asset) menjadi multi ports spreading scrubber system sebagai media perfect contact antara gas yang mengandung H2S dengan slurry (bubur). Desain ini sesuai dengan standar ASME Section VIII, Section IX, dan API 510 dan ASTM D 1072 Standard Test Method for Total Sulfur in Fuel Gasses.
Inovasi ini berpotensi untuk replikasi di lokasi lain yang memiliki permasalah H2S yang sejenis, serta berpeluang besar untuk dilakukan paten baik invensi slurry (burket) maupun design vessel yang uniqe sebagai kesatuan sistem karena belum ada ditemukan sistem yang sejenis di dunia migas.Sistem ini di design sehingga sistem operasi produksi di SP Tambun eksisting tidak terganggu sehingga volume produksi gas yang dialirkan ke konsumen tetap terjaga.
Asset 3 General Manager Wisnu Hindadari menjelaskan bahwa sistem tersebut merupakan ide dari tim di Tambun Field. “Awalnya kami mencari alternatif solusi masalah Kandungan H2S yang tinggi (rata-rata 12,37 ppm) sementara ambang batas yang diperbolehkan untuk perjanjian jual beli dengan konsumen sebesar 8 ppm. awalnya H2S ditangani dengan sistem injeksi chemical H2S Scavanger sebanyak 250 L/Day yang merupakan comsumable cost. Tim kami pun melakukan studi literatur bahan-bahan yang dapat mengadsorbsi dan bereaksi secara kimia dengan H2S. Selanjutnya dilakukan riset dan uji coba terhadap bahan-bahan tersebut dan menemukan campuran yang paling efektif sebagai adsrober," terangnya.
Lebih lanjut Wisnu menjelaskan bahwa Vessel adsorber H2S sudah diimplementasikan sejak April 2019 dan berhasil menurunkan ketergantungan Chemical H2S Scavenger dari 250 L/day menjadi 100 L/day.
“Maka kami dapat melakukan penghematan chemical Adsorber dari 250 L/day menjadi 100 L/day atau penghematan sebesar Rp. 1.422.405.000 serta Penghematan biaya Vessel, karena kami menggunakan Vessel yang dimodifikasi, bukan menggunakan Vessel yang dibeli sebesar Rp. 1.275.000.000, sehingga secara total penghematan pertahun sekitar Rp 2.697.405.000," pungkasnya.*PEP