Inovasi Pertamina EP Sukowati Field Efektifkan Operasi Ramah Lingkungan

TUBAN, JAWA TIMUR – Pertamina EP (PEP) Sukowati Field Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, melahirkan inovasi untuk mengatasi risiko operasi hulu migas akibat unplanned shutdown (risiko terhentinya sebagian atau seluruh operasi secara tidak terencana) power plant CPA dengan inovasi TerSADown (Filter Scrubber Anti Down) yang selama tahun 2024 telah menghasilkan efisiensi biaya Rp 32,07 miliar. Tidak hanya itu, inovasi ini juga mendukung program pengurangan emisi dengan hasil absolut penurunan emisi pada tahun 2024 sebesar 328.708,44 Ton CO2 eq dan efisiensi energi sebesar 373.595,8 Giga Joule.

Central Processing Area (CPA) merupakan pusat pengolahan migas PEP Sukowati Field, yaitu berupa proses pemisahan minyak, air dan gas yang dihasilkan oleh sumur produksi lapangan Sukowati.

PEP Sukowati Field yang merupakan bagian dari Zona 11 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina pada Semester I/2024 menghasilkan produksi minyak 819.552 Bbls dan gas 1.242,88 MMSCF. “Dalam mendukung ketersediaan energi nasional dan target produksi migas nasional sebesar 1 juta barel dan produksi gas bumi sebesar 12 Billion Cubic Feet (BCF) pada tahun 2030, kami menjalankan aktivitas kami dengan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG). Salah satunya adalah mendukung agenda internasional Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060. Saya sangat bangga lapangan-lapangan di wilayah kami bersama melaksanakan inovasi yang tidak hanya mengatasi masalah operasi dan menghasilkan efisiensi, namun juga menghasilkan kinerja lingkungan yang baik,” ujar General Manager Zona 11 Indonesia Timur, Zulfikar Akbar.

Sementara itu Field Manager Sukowati, Arif Rahman Hakim menjelaskan bahwa inovasi ini hadir untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di operasi Sukowati.

“ Sebelum ada inovasi, jika dikalkulasikan selama satu tahun, rata-rata terjadi LPO (Loss Production Opportunity) sebesar 2.100 BOPD, yang setara sebesar Rp 1,6 miliar pada PEP Sukowati dan hilangnya produksi PHE TEJ sebesar 1.065,86 BOPD,” ujar Arif.

Risiko utama operasi power plant adalah trouble pada FGCV (Fuel Gas Control Valve) turbin gas yang tersumbat kotoran (sulfur dan kondensat). Hal ini menjadi indikasi bahwa filter yang terpasang di upstream fuel system tidak bekerja secara efektif. Berdasarkan permasalahan tersebut didapatkan peluang untuk meningkatkan kinerja sistem bahan bakar gas dengan menciptakan inovasi alat TerSADown.

Inovasi ini beberapa kali telah menghasilkan penghargaan baik di skala nasional maupun internasional yakni Subroto Award kategori inovasi khusus bidang manajemen energi pada tahun 2022 dan ASEAN Energy Award kategori special submission – large industry tahun 2023. Inovasi TerSADown telah mendapatkan Hak Paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) pada tanggal 14 Juni 2022 dengan nomer paten IDS000004727.*SHU

Share this post