BOGOR- “Pemerintah dan DPR serius dan punya komitmen yang kuat, untuk menuntaskan RUU Migas yang baru ini dalam sisa waktu 8 bulan ke depan. Ini sudah menjadi sangat kritis, karena tidak ada kepastian hukum terutama bagi investor yang akan masuk ke sektor migas. Mereka tahu bahwa saat ini UU Migas yang ada sudah tidak bisa menjadi pegangan lagi.”
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur IRESS Marwan Batubara, salah satu pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan fungsi External Communication – Corporate Communication di Hotel Novotel Bogor, pada Kamis (23/4). FGD mengangkat tema “Menjadikan Pertamina Sebagai BUMN Pengelola Utama Energi Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat”.
Diskusi dibuka oleh VP Corporate Communication Wianda Pusponegoro. Selain Marwan, hadir dalam diskusi tersebut M. Asdar (Asosiasi Doktor Ekonomi Seluruh Indonesia), Juajir (Universitas Hasanudin), Indah Suksmaningsih (YLKI), Dr. Salamuddin Daeng (mantan anggota DPR RI), Kurtubi (anggota Komisi VII DPR RI), Hatta Taliwang, dll.
Marwan mengingatkan, ada 17 pasal dalam UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas yang sekarang sudah ditolak oleh MK. “Investor perlu kepastian dan pegangan yang kuat untuk masuk ke Indonesia. Kita juga punya harapan bahwa cadangan migas kita itu bertambah karena akan ada banyak investor,” tambahnya.
Usai acara FGD, Wianda menyatakan dengan FGD ini Pertamina mendapat cukup banyak input dari stakeholders. “Dari input tadi, kami mendapat gambaran dari sisi legal, kelembagaan, maupun dari sisi bisnisnya. Masukan-masukan ini bisa memperkaya dalam RUU Migas yang sedang dibuat, maupun kajian yang dibuat Pertamina. Kemudian ini juga menjadi bahan ketika sosialisasi jika RUU Migas jadi,” kata Wianda.
Berdasarkan masukan yang didapat, Wianda mengakui, akan lebih baik jika UU Migas bisa selesai tahun 2015 ini, karena semua pihak membutuhkan kepastian. “Selain itu kita harus mengambil momentumnya. Setelah kita melakukan pengkajian dan pembahasan, animo stakeholders tinggi dan positif mendukung Pertamina. Nah, kita tidak boleh kehilangan momentum ini,” tegasnya.•URIP