Pertamina Dorong Perubahan melalui Pengembangan Bahan Bakar Terbarukan

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyelenggarakan workshop bertajuk "Paving the Way to Net Zero: HVO & SAF - Driving Change Through Renewable Fuels" pada 19 – 20 Agustus 2024 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Acara ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk mendukung program pemerintah dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 melalui pengembangan bahan bakar terbarukan, khususnya Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Workshop ini dihadiri oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), A. Salyadi Saputra serta perwakilan dari berbagai kementerian terkait.

Menurut Salyadi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon, dengan target mencapai NZE pada tahun 2060. Sebagai bagian dari upaya ini, Pertamina telah memulai pengembangan biofuel seperti HVO dan SAF melalui operasi kilang dan kemitraan strategis.

"Melalui kolaborasi dengan stakeholder dan mitra terkait, produk HVO dan SAF telah digunakan dalam berbagai uji coba. HVO, dengan merek Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD), telah diujikan dalam program B35 dan B40 Pemerintah, serta diuji di kapal bersama PTK, alat berat dengan PT Komatsu Indonesia, dan genset dengan PLN. Hasil pengujian menunjukkan bahwa HVO memperbaiki kualitas bahan bakar, stabil dalam penyimpanan, meningkatkan daya, dan mengurangi konsumsi bahan bakar. Produk ini juga telah digunakan secara komersial di pasar domestik dan global," kata Salyadi.

Salyadi juga menekankan, perubahan iklim tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup tetapi juga dapat mengganggu perekonomian nasional. Sektor transportasi, yang menyumbang seperempat dari total emisi gas rumah kaca, menjadi fokus utama dalam upaya dekarbonisasi. Penggunaan bahan bakar nabati seperti HVO dan SAF merupakan solusi yang diandalkan untuk mengurangi emisi di sektor ini.

"Pertamina telah mengembangkan HVO dan SAF sejak tahun 2010 dengan serangkaian uji coba yang menunjukkan hasil positif. HVO telah digunakan secara komersial di dalam negeri dan diekspor ke pasar global, sementara SAF telah diuji dalam penerbangan dengan Garuda Indonesia," tambah Salyadi.

Oki Muraza, SVP Tech & Innovation PT Pertamina (Persero), menambahkan, implementasi HVO dan SAF memerlukan penyelarasan antara pemangku kebijakan dan pelaku bisnis. "Ini adalah bagian dari ekosistem yang terintegrasi, mulai dari bahan baku hingga produksi, yang melibatkan sub-holding terkait. Ini adalah upaya menciptakan bisnis baru dengan harga yang terjangkau untuk pasar dalam negeri dan luar negeri," jelas Oki.*HS

Share this post