JAKARTA - Fenomena Global Megatrend merupakan perubahan besar pada bidang ekonomi, sosial, politik, geostrategi dan teknologi yang akan berdampak terhadap kebutuhan dan struktur pasar energi global. Hal ini dijelaskan oleh Widhyawan Prawiraatmaja Advisory Board Pertamina Energy Institute dalam panel pertama di Pertamina Energy Forum 2019 (26/11) di Hotel Raffles, Jakarta.
Dalam panel tersebut, hadir pula narasumber lain yaitu Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto dan Nick Sharma Managing Director Upstream IHS Market. Tema yang diangkat dalam panel pertama ini ialah "Global Trends: What is Driving the Energy Revolution?" .
Widhyawan menjelaskan tentang global megatrends yang dapat mengubah pola bisnis energi ke depan. "Kita asumsikan 2050 ke depan akan seperti apa dari segi pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan aspirasi dari pemerintah untuk mengarah kepada energi bersih. Melihat fenomena global megatrens tersebut, Pertamina harus mampu mengantisipasi perkembangan serta dampak dari global megatrends, khususnya transisi energi yang merupakan suatu keniscayaan," jelas Widhyawan.
Untuk itu, Pertamina tidak bisa berjalan sendirian, untuk menghadapi berbagai tantangan global megatrends dan membutuhkan dukungan dari pemerintah seperti kebijakan yang mendukung.
Menurut Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, pemerintah telah memberikan dukungan bagi investor baik berbentuk regulasi, perizinan serta insentif fiskal. “Kebijakan dan birokrasi yang menghambat kita kurangi, investor juga diberi insentif pajak,” katanya.
Nick Sharma pun menegaskan hal yang sama. Menurutnya, transisi energi ini harus segera ditindaklanjuti untuk mengurangi emisi dengan meminimalisasi penggunaan energi fosil dan mengembangkan energi terbarukan.
"Perjanjian Paris membuat dunia memiliki tujuan dan komitmen yang sama dalam target pengurangan emisi. Berdasarkan skenario, energi terbarukan dari bauran energi berkisar 10-20% pada tahun 2050," pungkasnya.*IN