SURABAYA – Kinerja Pertamina EP Asset 4 hingga April 2020 tetap menunjukkan upaya positif di tengah kondisi triple shock yang melanda industri Migas Indonesia karena melemahnya harga minyak dunia, tingginya nilai tukar dolar dan pandemi COVID-19.
“Hal tersebut tentunya berdampak terhadap operasi kami di sektor hulu migas. Namun alhamdulillah kami berhasil menyelesaikan pengeboran sumur SKW-I03 di Sukowati Field dengan hasil uji produksi sumur berupa minyak sebesar 947 BOPD," ujar Asset 4 General Manager PT Pertamina EP Agus Amperianto, Selasa (5/5).
Adapun capaian produksi PEP Asset 4 hingga April 2020, untuk minyak mencapai 15,437 Barel per Hari (BOPD) atau 99,11% terhadap target. Sementara untuk gas mencapai 171.76 Juta Kaki Kubik Gas Per Hari (MMSCFD) atau 103.47% terhadap target.
Sumbangsih terbesar produksi untuk minyak dari Lapangan Sukowati yaitu 8,696 BOPD. Dan sumbangsih terbesar produksi gas dari Lapangan Donggi Matindok yaitu 98,54 MMSCFD.
“Kami bersyukur produksi kami masih bisa mengejar target yang ditetapkan. Untuk menyelesaikan target produksi hingga akhir tahun 2020, salah satu cara yang kami lakukan adalah mempertahankan produksi eksisting agar tidak banyak sumur yang mengalami low dan off serta mengoptimalkan produksi sumur tua," kata Agus.
Selain itu, PEP Asset 4 menerapkan cost leadership melalui evaluasi Rencana Kerja Bor/Work Over/Well Intervention berdasarkan keekonomian dengan sensitivitas harga minyak.
“Hingga akhir tahun 2020, kegiatan pengeboran sumur baru untuk sementara ditiadakan. Selain karena kondisi triple shock, kami juga sedang dalam proses IPPKH dan penyiapan lokasi bor," jelas Agus.
Selain fokus terhadap peningkatan produksi, PEP Asset 4 juga tetap berupaya meningkatkan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi yang salah satunya kegiatan Seismik di Papua telah selesai dilakukan di bulan Februari 2020. Saat ini masih dalam tahap evaluasi untuk pengembangan lapangan lanjut di Papua.
“Saat ini kami sedang melakukan beberapa study inhouse GGRP untuk mendapatkan peluang-peluang baru di Field Cepu, Donggi Matindok, Sukowati dan Papua. Harapan kami, setelah kondisi ini berlalu, kami bisa catch up dengan rencana yang sudah ditetapkan dan bisa memenuhi target produksi migas secara nasional," terang Agus.
Sementara itu, President Director PEP Nanang Abdul Manaf menegaskan, Pertamina EP optimistis bisa melalui masa sulit ini. "Kita memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. Kami telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama," kata Nanang.
Nanang meminta para Field Manager dan General Manager di masing-masing asset sebagai perpanjangan tangan manajemen PEP untuk melakukan efisiensi yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. PEP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin.
“Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, HSSE, dan sebagainya. Hal-Hal yang tidak berhubungan langsung dengan produksi dan peningkatan cadangan, untuk sementara kita tidak lakukan,” katanya.*PEP