PGE Tekankan Posisi Indonesia sebagai Raksasa Energi Hijau Dunia di Forum Internasional

AUCKLAND, SELANDIA BARU – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) kembali mengukuhkan komitmennya dalam mendukung transisi energi global melalui partisipasi pada ajang New Zealand Geothermal Workshop (NZGW) 2024 yang berlangsung pada 19--22 November 2024, di Auckland, Selandia Baru.

Dalam sesi utama pada Rabu, 20 November 2024, bertema “Geothermal Development in Indonesia: Current and Future Directions”, Direktur Utama PGE Julfi Hadi selaku keynote speaker membagikan wawasan strategis tentang bagaimana Indonesia, sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, mampu memainkan peran kunci dalam transisi energi global dan mengukuhkan posisinya sebagai raksasa energi hijau dunia.

Julfi Hadi menggarisbawahi bahwa Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar 24 GW, namun hingga saat ini, baru sekitar 10% yang dimanfaatkan. Sebagai satu-satunya energi terbarukan dengan karakteristik baseload, panas bumi memiliki peran vital untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional dalam sistem kelistrikan, mendukung pencapaian target Net Zero Emissions 2060, dan memperkuat ketahanan energi nasional.

“Sebagai negara yang terletak di kawasan cincin api, Indonesia dianugerahi sumber daya panas bumi kelas dunia yang mampu menjadi tulang punggung transisi energi. Dengan pendekatan yang lebih strategis dalam pengembangan energi panas bumi, Indonesia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi nasional, tetapi juga berkontribusi pada solusi energi hijau global,” ujar Julfi Hadi.

Julfi Hadi juga menekankan posisi strategis PGE sebagai penggerak utama, atau main engine, dalam upaya mencapai swasembada energi Indonesia. Untuk memaksimalkan potensi cadangan 3 GW yang dimiliki, PGE mengadopsi paradigma baru pengembangan panas bumi dengan pendekatan yang lebih efisien dan inovatif untuk mengurangi biaya dan risiko, sekaligus mempercepat proses dari eksplorasi hingga operasi komersial yang lebih kompetitif secara ekonomi.

Lebih lanjut, Julfi Hadi menjelaskan, PGE saat ini fokus pada tiga strategi utama untuk mempercepat pengembangan kapasitas panas bumi. Pertama, PGE terus berinovasi dengan mengadopsi teknologi terkini seperti electrical submersible pumps (ESP), sistem power plant binary, dan sumur multilateral guna meningkatkan efisiensi operasional sekaligus mempercepat penyelesaian proyek-proyek pengembangan. Langkah ini diharapkan dapat mendukung pencapaian target nasional kapasitas terpasang panas bumi sebesar 10,5 GW pada 2035, yang memerlukan penambahan kapasitas hingga 700-800 MW setiap tahun.

Kedua, PGE memaksimalkan manfaat panas bumi melalui diversifikasi bisnis hijau, termasuk pengembangan pilot project hidrogen hijau di Ulubelu, Lampung, yang berpotensi memproduksi hingga 107 kg per hari untuk mendukung sektor transportasi dan industri petrokimia berkelanjutan.

Strategi ketiga, PGE memprioritaskan kolaborasi dengan mitra global sekaligus memperkuat kemampuan lokal, baik melalui transfer teknologi maupun program capacity building. Upaya ini mencakup pengembangan manufaktur domestik untuk peralatan utama seperti heat exchanger serta layanan operasional berbasis lokal, yang diharapkan dapat mempercepat pengembangan proyek secara efisien. Terkait program penguatan capacity building, PGE juga menandatangani kerja sama strategis dengan Universitas Pertamina dan University of Auckland di sela-sela kunjungan ke Selandia Baru, pada Rabu (20/11).

Selain kontribusi pada transisi energi, pengembangan panas bumi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, termasuk penciptaan peluang kerja dan mendorong hilirisasi industri hijau. “Energi panas bumi adalah silent hero dalam perjuangan melawan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki, Indonesia dapat memimpin transisi menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” kata Julfi Hadi.

Partisipasi PGE di forum internasional ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk tidak hanya menjadi pemain utama di sektor energi terbarukan nasional tetapi juga memperluas pengaruhnya di tingkat global. Forum yang dihadiri para pakar dan praktisi dari berbagai negara ini menjadi wadah bagi PGE untuk memamerkan keunggulan Indonesia dalam pengelolaan panas bumi serta menjalin kemitraan strategis guna mendukung pengembangan energi hijau yang lebih luas.*SHPNRE - PGE

Share this post