JAKARTA - Pada 17 Februari 2016, PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) mengadakan Town Hall Meeting yang dihadiri seluruh jajaran PTK yang ada di Jakarta. Pada kesempatan itu, Direktur Utama PTK, Subagjo Hari Moeljanto menyampaikan pemaparan realisasi kinerja tahun 2015 dan rencana kerja tahun 2016.
Subagjo menyampaikan, di tengah kondisi ekonomi yang kurang menggembirakan pada tahun 2015 yang berdampak menurunnya kondisi pelayaran offshore, menyebabkan PTK harus membatasi kegiatan bisnis angkutan laut produk BBM pada kapal-kapal PTK saat ini.
Namun demikian, performance PTK pada tahun 2015 masih menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan berhasilnya mencatatkan laba bersih (net income) per Desember 2015 sebesar Rp. 242,97 miliar. Dengan pencapaian ini, laba bersih sepanjang 2015 telah mencapai 101,13% dari target awal tahun RKAP 2015 sebesar Rp. 240,25 miliar. “Tahun 2015 PTK mengalami pertumbuhan sebesar 36% dari laba bersih tahun 2014. Hingga Desember 2015 total aset PTK tercatat tumbuh sebesar 40,74% dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, selama 2015, tingkat pendapatan operasi perseroan hingga Desember 2015 tumbuh sebesar 26,22% dibandingkan dengan real Desember 2014. Perseroan melakukan investasi pengadaan satu unit Tanker Small I, mengakuisisi dua Lub Oil Tanker dan satu unit Oil Barge, serta penyelesaian tujuh unit kapal baru.
Perseroan kini telah memiliki Sistem Manajemen Terintegrasi (SMT) antara OHSAS, ISO 9001, ISO 14001, ISM Code dan ISPS Code, serta dukungan penuh dari Pertamina sebagai induk perusahaan dan adanya semangat sinergi Pertamina Group.
“Berdasarkan data perusahaan pelayaran yang tercatat dalam BEI (Bursa Efek Indonesia), PT Pertamina Trans Kontinental menempati posisi ke-2 untuk perolehan laba bersih per September 2015 diantara delapan perusahaan sejenis,” ujar Subagjo bangga.
Namun demikian, tantangan tahun ini juga semakin besar. Hal ini memaksa korporasi menyikapi situasi proses bisnis dengan mempersiapkan tindakan preventifnya. Trend penurunan harga minyak dunia turut mengakibatkan menurunnya utilisasi kapal milik dan back to back terutama jenis OSV (offshore supply vessel) dan penurunan nilai charter rate. Sedangkan untuk pelemahan nilai tukar mata uang mengakibatkan peningkatan biaya bunga pinjaman/biaya investasi dalam US$ dan pendapatan/biaya selisih kurs. Fleet Management Issue disikapi korporasi dengan peningkatan performa kapal milik, peningkatan kompetensi dan kinerja crew serta peningkatan budaya HSSE dan resiko operasional.
Di sisi keuangan, Collection Period akan dipatok tidak lebih dari 55 hari dan memperkecil unbilled pembayaran. Korporasi juga akan meningkatkan kompetensi crew kapal, optimalisasi pemeliharaan kapal, memastikan kualitas dan kuantitas SDM sesuai standar perusahaan.
Pada tahun 2016, PTK menargetkan laba bersih tahun 2016 sebesar Rp 399,88 miliar. PTK sebagai pemain dalam industri pelayaran dan jasa maritim Indonesia masih berfokus pada penyediaan dan aktivitas operasi kapal penunjang kegiatan offshore. Strategi PTK untuk tahun 2016 dengan mengusung tema “Strengthening & Collaboration”.
Tahun ini, semua program korporasi yang sudah direncanakan secara matang diharapkan dapat terealisasi, dan melampaui target yang ditetapkan perusahaan.•PTK