JAKARTA - Pertamina membuat skenario pengadaan minyak mentah untuk diolah kilang-kilang serta mengembangkannya. Hal ini disampaikan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR RI Komisi VII, pada Senin 5 Oktober 2020.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kondisi kilang milik Pertamina saat ini sudah berusia tua. Terdapat enam kilang yang beroperasi diantaranya Kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Kasim. Kilang-kilang tersebut saat ini menghasilkan kapasitas minyak sebanyak 1 juta barel per hari.
“Semua kilang hampir cukup tua, yang paling baru di Balongan yang sudah berusia 26 tahun. Yang lain ada yang 30 tahun, 50 tahun bahkan 100 tahun. Kilang ini didesain untuk mengolah minyak mentah kami yang memiliki kandungan sulfur yang rendah (sweet crude),” ujarnya.
Dibangunnya beberapa kilang akan mendapatkan dampak positif bagi Pertamina. Salah satunya dapat memperbaiki fleksibilitas jenis minyak mentah yang dapat diolah.
“Harapannya pembangunan kilang itu, harga minyak mentah bisa ditekan yang ujungnya akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi. Dengan demikian harga BBM akan kompetitif dan affordable bagi masyarakat,” katanya.
CEO Refinery & Petrochemical Subholding PT Kilang Pertamina Internasional Ignatius Tallulembang mengatakan berdasarkan penugasan dari pemerintah, Pertamina membuat roadmap atau rencana untuk meng-upgrade kilang eksisting. Melalui hal itu, nantinya akan menambah kualitas serta kuantitas produksi minyak yang dihasilkan.
“Kapasitas pengolahan kilang akan meningkat dari 1 juta menjadi 1,8 juta barel per hari dan juga meningkatkan kualitas dengan produk-produk yang setara dengan euro 5. Kami akan meningkatkan fleksibilitas pengolahan jenis sour crude. Melalui proyek ini, kami akan meningkatkan kualitas dengan jenis minyak mentah yang lebih banyak dan kompetitif. Berdasarkan jumlah dan bahan bakaranya, kami akan meningkat sebesar 95% dengan total investasi sebesar USD 48 miliar,” tutupnya. *IDK/TA/HM