JAKARTA – Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjadi pembicara dalam acara seminar LEMHANNAS RI PPRA LXI T.A 2020 yang dilaksanaka secara virtual pada Selasa, 6 Oktober 2020.
Seminar yang mengangkat tema Revitalisasi BUMN Bidang Energi Untuk Kesejahteraan Masyarakat, dihadiri oleh berbagai tokoh penting seperti Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Wakil Menteri BUMN RI Ir. Budi Gunadi Sadikin.
Budi mewakili Menteri BUMN Erick Thohir memaparkan terkait peran BUMN terhadap ekonomi di Indonesia, mengingat terdapat lebih dari 100 BUMN namun sekarang jumlahnya berkurang terus. Total asetnya 8.000 triliun lebih, tidak banyak yang tau bahwa total asetnya BUMN itu lebih besar daripada total asetnya pemerintah yang sekitar 6.600-an ribu.
“Dengan ukuran yang besar itu BUMN memiliki peran yang sangat berpengaruh kepada ekonomi Indonesia,” jelas Budi.
Menanggapi pernyataan Wamen BUMN, Nicke memaparkan, hal-hal terkait dengan transformasi bisnis Pertamina yang selama ini dihadapi, mulai dari keterbaruan yang akan dilakukan hingga kendala-kendala yang dialami oleh Pertamina di tengah pandemi COVID-19 yang melanda berikut dengan isu dan langkah-langkah strategis yang akan dilakukan.
Nicke Widyawati menjelaskan ada lima peran objektif yang harus dicapai oleh Pertamina. Availability, yang terkait dengan ketersediaan energi untuk seluruh masyarakat, kemudian accessibility dengan membangun infrastruktur agar energi ini kemudian dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Peran lainnya yaitu affordability guna masyarakat dapat menjangkau harga energi hingga menjadi energi yang berkeadilan, lalu acceptability terkait melakukan ke arah pengembangan energi baru terbarukan dan peran terakhir yaitu sustainability.
“Nah, sustainability sangat penting, karena kami harus melihat bagaimanakah perkembangan dari transisi energi kedepannya secara global,” ungkap Nicke.
Kemudian Nicke memaparkan, dampak signifikan terhadap perkembangan usaha Pertamina yakni penurunan sales yang sangat signifikan.
“Di masa pandemi ini, pada masa PSBB kota-kota besar seperti Jakarta penurunan demand mencapai 70 persen dan secara nasional terjadi penurunan 26 persen. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, jadi hal tersebut menjadi pukulan sangat keras bagi Pertamina,” jelas Nicke.
Tak hanya itu dampak lainnya seperti fluktuasi mata uang US Dollar yang menyebabkan Pertamina menjual produknya. Dijelaskan bahwa pengaruh terhadap kinerja keuangan pertamina disebabkan karena adanya mismatch antara pendapatan yang sebagian besar dalam rupiah yang kemudian dicatat dalam dolar namun kemudian biayanya dan pembeliannya sebagian besar 92 persen dalam US Dolar. Namun meskipun dalam kondisi tertekan dan mengalami kendala besar Pertamina tetap berkontribusi dalam penanganan COVID-19.
“Di dalam masa pandemi, Pertamina tetap memberikan kontribusi kepada masyarakat, jadi sampai dengan bulan agustus kami sudah memberikan kontribusi melalui beberapa program, salah satunya kami membangun Rumah Sakit Modular,” tutup Nicke. *IN/KUN/HM