JAKARTA - Public Affairs Forum Indonesia mengadakan webinar The 1st Public Affairs Forum dengan mengangkat tema The Role of Public Affairs in a Changing World yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, pada Kamis, 15 Oktober 2020.
Narasumber dalam acara tersebut ialah Suryopratomo selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, Noke Kiroyan selaku Chairman and Chief Consultant Kiroyan Partners, Tony Wenas selaku CEO Freeport Indonesia, Shinto Nugroho selaku Chief of Public Policy and Government Relations GOJEK, Azi N. Alam selaku VP Public and Government Affairs Exxon Mobil Indonesia, dan Agung Laksamana selaku Director Corporate Affairs APRIL Group.
Sebanyak kurang lebih 300 peserta mengikuti webinar yang membahas terkait pentingnya peran Public of Affairs dan Public relations di tengah pandemi dengan rasa kecemasan dan ketidakpastian bagi masing-masing perusahaan.
Noke mengatakan bahwa Public Affairs dapat memainkan peran dalam melihat konteks dengan tidak semata-mata kegiatan teknis operasional komunikasi.
Public Affairs merupakan fungsi perusahaan yang mengatur bunga tentang perusahaan yang bersangkutan dengan pemangku kepentingan termasuk pemerintah parlemen.
“Kontribusi yang diberikan dapat bermanfaat kepada publik, perusahaan dan Pemerintah, di antaranya yaitu komunikasi untuk memahami stakeholder dan melakukan hubungan yang setara, adanya satu kesatuan dan juga pengaturan yang baik,” jelasnya.
Sementara itu, Shinto menyinggung terkait semakin berkembangnya industri dalam era 4.0. “Jika melihat total populasi dunia yang 7,6 miliar total pengguna internet 4,3 miliar 63 persen dari total penetrasi internet itu berada di asia tenggara dan Indonesia sudah memiliki 56 persen total internet dari keseluruhannya. Seperti yang kita tahu, 6 dari 13 unicorn dari asia tenggara berasal dari Indonesia, tentunya ada kesempatan kerja dan juga inovasi teknologi yang muncul,” ucap Shinto.
Namun, lanjut Shinto, masih terdapat tantangan dalam industri 4.0 yang perlu dihadapi oleh Perusahaan Teknologi, diantaranya yaitu perlunya inovasi teknologi yang menciptakan pasar, produk dan modal bisnis yang baru, kemudian adanya rezim perizinan dan pembatasan masih berlaku di banyak sektor ekonomi.
“Masalah lainnya juga sumber daya inovasi teknologi yang terbatas termasuk dana, infrastruktur dan talenta. Dan yang paling terpenting adalah mindset masyarakat terhadap perubahan,” terang Shinto.
Sedangkan Agung membahas terkait Public Affairs framework, dirinya memaparkan, terkait proses dalam perjanjian untuk menjalin kerja sama, perlu adanya tiga hal penting yaitu adopt, adapt dan adept.
“How to drive engagement dalam era global saat ini, bagi saya ada tiga. Adopt, mengadopsi kondisi situasi normal saat ini. Adapt, dengan membuat strategi-strategi baru dengan mencari solusinya. Dan adept, menjadi seorang mahir dan seorang ekspert di era baru saat ini,” jelas Agung. *IN/HM