JAKARTA – Sebagai bagian dari kegiatan utama Voluntary Day 2019, Pertamina mengadakan talkshow mengenai berbagai hal tentang kegiatan volunterisme. Selain public figure seperti Dian Sastrowardoyo dan Riyanni Djangkaru, talkshow yang diadakan pada hari kedua, Kamis (21/11), juga menghadirkan Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo sebagai salah satu relawan Pertamina yang terjun langsung membantu masyarakat terdampak bencana di Aceh, Mentawai, Lombok dan Palu.
Dalam kesempatan tersebut, Gandhi bercerita tentang upayanya memastikan kebutuhan energi masyarakat terdampak bencana dapat terpenuhi ketika infrastruktur Pertamina di lokasi bencana mengalami kerusakan.
Ia berkisah, ketika terjadi bencana tsunami di Aceh tahun 2004, ia langsung terjun ke lokasi selama seminggu. Bersama insan Pertamina lainnya, ia berupaya membantu masyarakat terdampak dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari kebutuhan pokok hingga BBM.
“Kehadiran relawan sangat diperlukan agar masyarakat terdampak bencana bisa ditolong secepatnya. Apalagi saat kejadian di Aceh yang diliputi suasan sangat mencekam karena banyak jenazah bergelimpangan dan penyintas hidup dalam keputusasaan,” kenangnya.
Oleh karena itu, ia berharap ke depannya peranan Pertamina bisa menjadi menonjol dalam penanganan-penanganan bencana sehingga dapat dikoordinir lebih baik lagi.
“Selain itu, saya berharap makin banyak insan Pertamina yang menjadi relawan karena selain membantu sesama, kegiatan volunterisme dapat membentuk karakter leadership. Kita jadi selalu siap siaga menyelesaikan pekerjaan dalam keadaan apapun. Hal ini sangat berguna di dunia kerja maupun dalam menyelesaikan masalah apapun,” ungkapnya.
Sementara itu, Dian Sastrowardoyo yang terkenal dalam film Ada Apa Dengan Cinta dan Kartini juga berbagi pengalamannya sebagai relawan dan founder Yayasan Dian Sastrowardoyo yang bergerak di bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan seni.
Dian bercerita, Yayasan Dian Sastrowardoyo dimulai pada tahun 2017 dengan salah satu programnya adalah Beasiswa Dian yang memberikan beasiswa pendidikan kepada anak-anak yang membutuhkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan menggunakan penghasilan yang ia dapatkan sendiri. Selain itu, ia mempelopori kegiatan amal buku, peluncuran novel dan pentas seni yang ditujukan untuk kegiatan charity.
“Jadilah orang yang bisa memberikan dampak positif lebih kepada sesama walaupun hanya kontribusi kecil, daripada tidak berperan sama sekali,” ujarnya.
Lain halnya yang dilakukan Riyanni Djangkaru, seorang relawan lingkungan yang mendirikan komunitas “Savesharks Indonesia”. Ia fokus terhadap regenerasi Hiu karena memahami bahwa fungsi hiu sebagai predator teratas akan memangsa ikan-ikan yang sakit. “Jika hiu punah akibatnya ikan-ikan tersebut ini bisa menyebabkan sumber penyakit di laut,” ungkapnya.
Gerakan yang dibentuk sejak 2009 itu terdiri dari relawan dari berbagai latar belakang. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kampanye melalui social media untuk melindungi hiu dari perburuan liar. Di samping itu, komunitas Savesharks Indonesia juga melakukan kegiatan secara offline. “Di antaranya, kami membuat merchandise yang hasilnya digunakan untuk pendanaan kampanye komunitas,” pungkasnya.•HANA