28 Juli 2023 – PT Pertamina (Persero) terus mendorong anak usahanya untuk bisa meningkatkan value perusahaan. Di sektor Hulu Migas, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai subholding upstream Pertamina, terus melakukan aktivitas unlock value, upaya tersebut antara lain peningkatan produksi migas, ekspansi global, akuisisi, studi pengembangan bisnis baru CCS/CCUS untuk memaksimalkan nilai asset dan meningkatkan produksinya.
“Strategi tersebut dijalankan untuk mendukung pencapaian target produksi Nasional minyak bumi sebanyak 1 Juta barel per hari (bph) dan 12 miliar gas standar kaki kubik per hari (bscfd) pada tahun 2030 demi terjaganya ketahanan energi nasional,” ungkap VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso.
Fadjar menjelaskan bahwa strategi unlock value tersebut didukung dengan kondisi fundamental PHE yang kuat. Secara fundamental PHE saat ini berada dalam kondisi yang sangat baik dibuktikan dengan kinerja ekselen pada tahun 2022 yang berhasil mencatatkan kinerja positif atas kontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 7% berbanding tahun sebelumnya serta laba bersih sebesar US$ 4,67 Milyar. “Hal ini merupakan salah satu bukti keberhasilan transformasi yang dijalankan Pertamina di sektor Hulu Migas,” imbuhnya.
Fadjar menambahkan bahwa PHE juga telah mendapatkan score 85,05 atau kategori sangat baik, dalam assesment GCG tahun buku 2022. Selain itu PHE berhasil mendapatkan rating ESG rating sebesar 31.2 atau peringkat 13 dari 143 perusahaan migas di dunia. “Adapun dampak positif performa PHE kepada pendapatan negara tahun 2022 sebesar US$ 8.77 Milyar yang terdiri dari pendapatan pajak dan non pajak,” ujarnya.
Capaian ini tidak terlepas dari upaya PHE mengelola strategi utama dalam mengelola baseline produksi, meningkatkan production growth melalui rencana kerja dan merger & acquisition serta meningkatkan reserve & resource growth dengan selalu mengedepankan aspek Enviromental, Social, Governance.
Sementara itu, terkait dengan rencana IPO PHE, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menjelaskan bahwa IPO PHE tidak dilaksanakan pada saat ini karena masih perlu mencari waktu yang tepat. “Hal ini tentunya sejalan dengan ketetapan yang disampaikan Kementerian BUMN melalui Wakil Menteri BUMN beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Lebih lanjut Fadjar menjelaskan beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya seiring dinamika kondisi pasar modal dunia dan Asia Tenggara sepanjang tahun 2023 akibat tekanan dari pengaruh resesi global.
Dari sisi makro ekonomi global, trend peningkatan suku bunga The Fed menambah beban ekonomi emerging markets untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain harga minyak dunia (Brent) mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, dimana dalam beberapa bulan terakhir berada di level US$70-80 per barrel dan diprediksi tetap bertahan pada level tersebut hingga 2024. Hal ini juga menjadi faktor yang kurang mendukung pelaksanaan IPO PHE pada saat ini.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini.**