Jakarta, 9 November 2020 – Sejak tahun 1993 hingga saat ini, PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan telah membina lebih dari 250 perajin batik yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dengan total penyaluran sebesar Rp 10 miliar. Selain berupa bantuan modal, Pertamina juga melakukan pendampingan para perajin batik tradisional, menjadi Go Modern hingga pada upaya Go Global.
Salah satu perajin batik binaan Pertamina adalah Yuli Astuti. Pemilik sanggar Muria Batik Kudus ini memulai karier membatiknya sejak tahun 2005. Yuli terbilang bukan pembatik sembarangan. Betapa tidak, ia dikenal sebagai sosok yang patut disebut pahlawan pelestari batik Kudus yang saat itu bisa dibilang hampir punah.
“Batik Kudus itu punya cerita yang unik. Tapi enggak ada orang yang tahu. Sampai 2005, cuma ada satu pembatik yang masih hidup, tapi karena sudah tua, ingatan soal ceritanya juga sudah lupa. Akhirnya saya harus melakukan penelitian sendiri,” ujarnya.
Begitu langkanya informasi mengenai Batik Kudus hingga Yuli harus mengelana ke mana-mana demi mencari informasi tentang batik. Selain harus bolak-balik ke Solo dan Pekalongan untuk belajar membatik, Yuli juga melakukan penelitian hingga naik langsung ke Gunung Muria demi mendapatkan cerita asli tentang legenda Kapal Kandas dengan tetua di sana. Di sana juga ia mempelajari buah Parijoto, buah khas Muria yang kini juga jadi ciri khas desain batik-batik Yuli.
Jatuh bangun memang harus dialami Yuli dalam perjalanannya mengangkat kembali Batik Kudus. Tidak heran, kini muncul beberapa “saingan” Yuli yang menggeluti batik Kudus. Meski begitu, Yuli tidak pernah menganggap mereka sebagai rival. Dengan mengedepankan bisnis berkonsep sociopreneur, Ia bahkan berusaha agar semakin banyak orang menggeluti batik Kudus, termasuk dengan memberikan pelatihan bagi anak-anak sekolah.
“Salah satu hal yang saya lakukan yaitu melakukan pembinaan batik melalui pembinaan-pembinaan sekolah, anak-anak difabel, anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka mengenal batik sejak dini,” lanjutnya.
Tidak heran, ia diganjar berbagai penghargaan di sepanjang kariernya. Salah satunya adalah penghargaan Local Hero Pertamina 2018. Lewat penghargaan itu pula, pintu bagi Yuli terbuka semakin lebar; bersama Pertamina, Yuli mendapatkan banyak manfaat, dari pembinaan hingga undangan untuk pameran dan fashion show.
Yuli Astuti menjadi Mitra Binaan Pertamina sejak tahun 2018. Sejak bergabung dengan Pertamina, omzet Yuli meningkat 30 Persen dan mendapatkan omzet hingga Rp100 juta rupiah per bulan. Muria Batik Kudus memproduksi produk batik khas Kudus yang dijual secara online yang bisa dilihat melalui media sosial @muriabatik serta offline storenya di Karang Malang 4/2 Gebog Kudus Jawa Tengah. Pasar lokal, nasional, hingga mancanegara pun telah dijajaki oleh Yuli, termasuk di antaranya Negara Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan China. Di tahun 2018, Yuli diikutsertakan oleh Pertamina untuk pameran di Malaysia.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengapresiasi langkah yang dilakukan Yuli Astuti. Menurutnya, peran dalam pelestarian kebudayaan Indonesia harus ditiru oleh semua orang. ”Apalagi batik, sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, kita wajib untuk menjaga dan melestarikannya,” ujar Fajriyah.
Peran Pertamina, lanjut Fajriyah, dalam pelestarian budaya batik selain secara langsung yakni juga memfasilitasi para perajin baik agar lebih berkembang dan unggul. ”Ini sebagai implementasi Goal 8 Sustainable Development Goals (SDGs). Diharapkan dapat membantu masyarakat mendapat pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Fajriyah.