Kupang, 9 April 2020 – Stunting atau yang lebih dikenal dengan gejala pertumbuhan anak lebih rendah dari kurva standar World Health Organization (WHO), biasanya terlihat dari tinggi badan penderita stunting yang dibawah rerata anak di usia yang sama. Pada Tahun 2019 yang lalu, hasil survei menyatakan bahwa 30 persen balita di Indonesia mengalami stunting. Hal ini pun terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Data terkini mengenai stunting menunjukan bahwa propinsi NTT memiliki tingkat prevalensi stunting anak usia di bawah lima tahun sebesar 47,2%, yang jauh di atas rata-rata angka secara nasional yaitu sebesar 29,6% sedangkan tingkat prevalensi balita gizi kurang sebesar 14,4% .
Sementara itu, Kabupaten Kupang secara khusus, memiliki tingkat prevalensi balita stunting tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lain di propinsi NTT yaitu sebesar lebih dari 45% . Data terkini yang dilaporkan oleh Bupati Kupang dalam pertemuan dengan stakeholders di kabupaten Kupang untuk mempercepat upaya penurunan stunting yang diadakan di bulan Agustus 2019 menginformasikan bahwa 3 dari 10 balita di kabupaten Kupang berada pada kategori stunting dan sesuai dengan data tahun 2018.
Pertamina, masih dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Dunia (Selasa, 7/4), melalui Marketing Operation Region (MOR) V Jatimbalinus mengambil peran lebih dari tugas utama mendistribusikan energi dengan turut memberikan dukungan bagi pencegahan stunting di NTT. Bantuan ini diberikan kepada Kecamatan Semau Selatan sebagai salah satu wilayah yang memiliki catatan kasus stunting tertinggi di NTT. Apalagi saat ini, perjuangan mengatasi stunting merupakan prioritas pembangunan pada tingkat nasional, propinsi sampai pada tingkat kabupaten. Program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal - SDG) nomer 2: Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan meningkatkan gizi dan mempromosikan pertanian berkelanjutan.
Dengan merangkul Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat, Pertamina memberikan dukungan bagi pencegahan stunting di Semau Selatan. Program bersama ini bernama BERNAS (BERsama sehatkaN Anak Semau). Program ini berfilosofi bahwa sesuatu yang baik adalah ibarat padi yang bernas yang akan memiliki potensi yang baik untuk dipakai bagi kebaikan manusia dan masyarakat. Anak adalah potensi masa depan keluarga dan masyarakat yang mesti bernas dan berisi sehingga dapat menjadi sebuah kekuatan baru bagi generasi penerus di masa mendatang.
Pulau Semau merupakan bagian dari kabupaten Kupang dan memiliki dua kecamatan yaitu kecamatan Semau Selatan dan kecamatan Semau. Pulau Semau adalah salah satu pulau terpencil dan daerah belum berkembang dengan akses terbatas pada sumber air dan sanitasi yang belum memadai yang telah berkontribusi pada tingginya prevalensi tingkat stunting di daerah ini. Data dari Puskesmas Akle di Semau Selatan menunjukan bahwa sampai dengan bulan September 2019, terdapat 181 anak balita yang teridentifikasi menderita gizi kurang, gizi buruk dan gizi buruk yang sangat pendek.
"Dengan dukungan dari Pertamina selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kami berharap kelak para bayi dan balita dapat tumbuh dengan baik, melalui pemberian makanan tambahan gizi yang cukup semenjak di dalam kandungan hingga anak berusia 2 (dua) tahun," ujar Yohanis Pakereng, Direktur Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat, di sela-sela penyerahan bantuan di Semau Selatan.
Manager Fuel Terminal (FT) Pertamina Tenau, La Imbo yang menyerahkan bantuan tersebut menyisipkan harapan kontribusi Pertamina dapat berperan dalam menurunkan kasus penderita stunting. "Guna menekan angka bayi dan balita penderita stunting kami harapkan bantuan ini dapat bermanfaat bagi generasi kedepan masyarakat di Semau Selatan secara khusus, dan NTT secara luas," ujar La Imbo.
Selain penyaluran bantuan CSR di Bidang Kesehatan, Pertamina juga membantu Bidang Pendidikan dengan penyiapan sarana dan fasilitas pendidikan di SMAN 12 Kupang. Kondisi area sekolah tersebut sampai dengan saat ini belum memiliki pagar, seringkali dimasuki oleh hewan ternak yang membuat suasana kegiatan belajar mengajar tidak kondusif.
Total bantuan yang diberikan Pertamina untuk bantuan Bidang Kesehatan dan Pendidikan tersebut senilai 400 juta Rupiah. Disamping dua bidang tersebut diatas, Program CSR Pertamina juga mencakup Bidang Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.**