Jakarta, 7 November 2021 – PT Pertamina (Persero) senantiasa mendukung segala upaya pelestarian warisan budaya Nasional. Salah satunya yaitu batik. Sejak tahun 1993, Pertamina melalui Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) telah membina lebih dari 270 UMK perajin batik di berbagai wilayah di Indonesia. Momentum ini menjadi implementasi kegiatan pembinaan bagi para UMK di bulan perayaan Batik Nasional tahun ini.
Pjs. Vice President Corporate Communications Pertamina, Heppy Wulansari menjelaskan, dukungan yang diberikan Pertamina yakni bantuan pinjaman permodalan. Selain itu, mereka juga ditingkatkan kemampuannya agar dapat bersaing. “Kami berikan beberapa program, yang terdiri dari upskilling bidang keuangan, marketing, promosi, maupun kegiatan lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan,” katanya.
Hasilnya, beberapa mitra binaan tersebut berhasil berkembang dan naik kelas. Mulai dari peningkatan omzet, kapasitas produksi, penambahan jumlah karyawan, hingga pemasaran yang makin meluas. Tidak hanya di dalam negeri melainkan hingga merambah ke beberapa pasar global. “Aneka ragam batik Nusantara memiliki daya tarik masing-masing dan punya potensi Go Global,” tuturnya.
Dari tanah Sumatera misalnya, terdapat UMK Batik Medan Azzahra milik Herleni. Usaha yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara ini memproduksi aneka motif batik terutama khas Medan. Motif-motif batik Medan ini rata-rata telah dikembangkan oleh pemilik usaha, seperti motif Masjid Raya Medan, Istana Maimun, dan Durian. Bagi masyarakat yang tertarik melihat koleksinya bisa melalui media social @batikmedanazzahra.
Beranjak ke tanah Jawa. Bisa disebut surganya batik. Sebab hampir setiap daerah memiliki corak dan motif batik sendiri-sendiri. Salah satunya batik Kudus. Di mana Yuli Astuti merupakan salah satu mitra binaan Pertamina yang menggelutinya. Pemilik sanggar Muria Batik Kudus ini memulai karier membatiknya sejak tahun 2005. Yuli terbilang bukan pembatik sembarangan. Betapa tidak, ia dikenal sebagai sosok yang patut disebut pahlawan pelestari batik Kudus yang saat itu bisa dibilang hampir punah. Kini, aneka motif batik Kudus karyanya bisa dilihat pada medsos @muriabatik. Pasar lokal, nasional, hingga mancanegara pun telah dijajaki oleh Yuli, termasuk di antaranya Negara Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan China.
Berbeda lagi dengan Sri Sunarti. Mitra binaan Pertamina pemilik usaha Iwatik ini memiliki usia yang tidak muda lagi. Bermodalkan kain dasar yang dimiliki. Karya batik tulis dengan motif khas Balikpapan atau Kalimantan bisa menjadi satu lembar. Motif ini ternyata banyak diminati masyarakat termasuk dari instansi pemerintah. Motif batik yang ditawarkan ada Karang Munting, Lengkungan Kaltim, Cemara dan motif lainya.
Tidak ketinggalan dari Timur Indonesia ada Kristina Ifaryani. Pemilik Citra Batik ini mengembangkan motif batik khas Sentani, Jayapura, Merauke, Asmat, Wamena dan percampuran budaya seluruh Papua. Secara garis besar, motif-motif batik Papua merupakan penggambaran dari kondisi alam sekitar, baik itu flora dan fauna serta juga alat musik tifa dan rumah adat Honai.
Dengan mandirinya para perajin batik, Heppy berharap, batik dapat dikenal luas lagi terutama hingga mancanegara. Hal itu tidak terlepas dari ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada saat itulah, momentum dipatenkannya batik resmi milik negara Indonesia. Kemudian diperkuat dengan Kepres No. 33 Tahun 2009 yang menetapkan setiap tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional.
Menurut Heppy, melalui Program PUMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Serta berupaya terus mendorong setiap mitra binaan menjadi UMK naik kelas dan Go Global.
Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL), demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.